Dari kecil, Nadia sudah ditinggal sendirian dirumah bersama pembantunya. Kedua orangtuanya selalu sibuk dengan pekejaannya, sampai-sampai mereka lupa dengan hangatnya berkumpul bersama dengan keluarga.
Nadia merupakan anak satu-satunya dari sepasang suami istri yang tinggal di Jl. Raya Teluk Gong Rt 07 Rw. 09. Nadia memang cantik, kaya raya, sopan santun, ramah, mengerti agama dan pintar. Tetapi itu hanyalah dulu, sewaktu Nadia masih duduk dibangku SMP. Sekarang, semenjak kedua orangtua Nadia sibuk dengan urusan kantornya, Nadia menjadi terlantar dan tidak keurus. Maksudnya terlantar bukan karena Nadia tinggal di jalanan, namun Nadia kurang perhatian dan kasih sayang dari seorang Ayah dan Ibu.
Sewaktu Nadia duduk dibangku SMK,dia selalu iri dengan temen-temannya. Teman-teman Nadia selalu diantar jemput dan selalu dibawakan bekal nasi oleh Ibu mereka, namun semenjak kedua orangtua Nadia sibuk dengan pekerjaannya, yang selalu mengantarkan Nadia ke sekolah adalah Pak Tejo, supir keluarga Nadia. Dan orang yang selalu membawakan bekal nasi hanyalah Mbok Minah, Seorang pembantu yang telah mengurus Nadia dari kecil. Hanya Pak Tejo dan Mbok Minah lah yang selalu ada dimanapun Nadia berada.
Ketika Nadia duduk dibangku SMK, hampir tiap malam Nadia menangis di dalam kamar. Nadia selalu memanggil-manggil nama Ayah dan Ibunya, namun yang selalu datang hanyalah Pak Tejo dan Mbok Minah. Ketika Nadia menangis, mbok Minah dan Pak Tejo tidak tega melihatnya. Mereka berdua sudah menganggap Nadia seperti anaknya sendiri. Karena sepasang suami istri ini sudah lama menikah, namun tidak mempunyai keturunan.
Di umur Nadia yang genap 17 tahun ini, Nadia merencanakan sedikit pesta dirumahnya. Sekitar jm 9 malam, kedua orangtua Nadia belum pulang kerja. Nadia telah menunggu kedatangan Ayah dan Ibunya itu sampai dirumah. Namun, sampai jm 12:00 malam, kedua orangtuanya belum juga sampai dirumah. Nadia tetap menunggu kedatangan mereka di ruang tamu dengan menggunakan baju tidur dan membawa segelas air putih dari dapur.
Hari ini hari minggu, ketika Nadia membuka kedua matanya, ternyata Nadia sudah berada di kamar. Terbesit pikiran “akankah Ayah dan Ibu sudah pulang?”. Bergegas cepat-cepat Nadia menuju kamar kedua orangtuanya itu. Namun, yang dilihatnya adalah sebuah ruangan rapih, bersih dan wangi yang sudah lama tidak ada yang menempati. “apa ayah dan ibu semalam tidak pulang lagi ke rumah?” dengan muka bete Nadia menghampiri mbok Minah didapur.
“mbok, apa ibu dan ayah semalam tidak pulang lagi?” tanya Nadia dengan wajah kesal.
“semalam ibu telepon, katanya Ibu dan Tuan ada pekerjaan diuar kota untuk beberapa minggu ini, memang nya kenapa ndok?” mbok minah menjawab pertanyaan Nadia sambil membuatkan sarapan pagi untuk Nadia.
“enggak papa mbok, aku Cuma kangen dengan ayah dan ibu. Sudah lama aku tidak melihat wajah mereka dan sudah lama juga aku tidak merasakan belaian tangan mereka yang penuh dengan kasih sayang” Nadia menjawab pertanyaan mbok Minah dengan meneteska air mata.
“sudah ndok, kan ada mbok dan Pak Tejo yang selalu ngejagain kamu. Kami berdua sudah menganggap kamu seperti anak sendiri” Mbok Minah segera memeluk Nadia, karena Nadia sangat kesepian ditinggal kerja oleh kedua orang tuanya.
Rencana kecil Nadia itu seakan-akan hilang diterpa angin, ketika mendengar bahwa kedua orang tuanya pergi ke luar kota. Nadia hanya bisa menangis dan terus menangis dengan kondisinya seperti ini. “mengapa kau memberikan cobaan kepadaku ya Allah. Mengapa kau memberiku takdir untuk hidup di keluarga yang seperti ini. Kini aku sangat terpukul, karena kedua orang tuaku tidak menyayangiku lagi. Akankah ini azab dari-Mu? Sungguh aku membenci semua kondisiku sekarang ini”. Nadia selalu mengucapkan kata-kata itu disetiap waktu.
Ketika Nadia lulus SMK dan Nadia masuk kuliah. Kedua orang tua Nadia masih saja seperti itu, pulang malam pergi pagi. Sampai-sampai, Nadiapun lupa akan wajah mereka. Mungkin, dulu ketika Nadia masih kecil, Nadia masih bisa menerima kondisi keluarganya. Namun, setelah Nadia semakin besar, serta Mbok Minah dan Pak Tejo pulang ke kampung, akibat sudah terlalu lelah untuk bekerja, Nadia berubah menjadi pemberontak. Nadia yang dulu berubah menjadi Nadia yang sekarang.
Semenjak Mbok Minah dan Pak Tejo pergi meninggalkan rumah besar itu, Nadia tidak ada yang mengurus. Kedua orang tua nya sangat-sangat sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai Nadia pulang malam dan keluar masuk tempat malampun kedua orang tuanya tidak mengetahui. “Betapa ceroboh dan lalainya mereka menjadi seorang ayah dan ibu, sampai-sampai kelakuan anaknya saja mereka tidak tahu” ucap salah satu tetangga Nadia.
Setiap malam Nadia selalu di jemput oleh laki-laki dengan mengendarai sebuah mobil berwarna hitam. Lelaki itu adalah Rudi, kekasih Nadia. Rudi selalu menjemput Nadia seusai adzan maghrib di masjid, dan Rudi selalu mengantarkan Nadia pulang kerumah ketika adzan subuh. Hal seperti ini selalu mereka lakukan setiap harinya.
Hari ini hari sabtu, dimana kalender menunjukkan hari ini tanggal merah. Ayah dan ibu Nadia kebetulan tidak bekerja. Niat baik kedua orang tua ini adalah, menghabiskan waktu liburan dirumah bersama anaknya, Nadia. Namun, semua itu sirnah begitu saja, ketika dia mengetahui kalau anak perempuannya belum pulang kerumah. Ditunggunya dari pagi sampai ketemu malam lagi, namun Nadia belum juga pulang kerumah. Kedua orang tua ini hanya mendapat telepon dari Nadia, bahwa dia sedang menginap dirumah temannya, Silvi namanya. Kedua orang tua ini sudah tidak merasakan kecemasan ketika Nadia sudah memberikan kabar.
Kedua orang tua ini tidak mengetahui, bahwa kabar yang barusan mereka dengar tentang anaknya itu, hanyalah kabar bohong. Karena sebenarnya anak mereka sedang berada di hotel bersama kekasihnya, yaitu Rudi. Nadia dibawa kehotel karena dia sedang mabuk, dia tidak berani pulang kerumah, karena dirumah ada ayah dan ibunya. Nadia takut dimarahi oleh orang tuanya itu jika tau kalau dia mabuk dan diantar kerumah malam-malam dengan laki-laki.
Hari sudah pagi, Nadia masih tertidur lemas diatas kasur. Dilihatnya Rudi berada di sampingnya. Gadis remaja ini lekas membersihkan badan dan pergi kuliah. Karena sudah banyak sekali dia absen bolos kuliah.
Ketika sampai, Nadia bergegas ke kalas nya. Disana dia sudah ditunggu oleh dosen mata kuliah IPS. Dosen ini sangat terkenal akan galaknya. Ketika sampai dikelas, Nadia di panggil dosen ini untuk pergi keruangannya. Dosen ini kelihatannya sangat marah sekali dengan absen nya Nadia. Karena disetiap mata pelajarannya, Nadia tidak pernah masuk. Selama 1 semester, Nadia hanya masuk 4x dalam mata kuliah IPS. Betapa marahnya dosen ini melihat kelakuan Nadia. Nadia hanya terdiam, dia tidak bisa melawan ataupun mengelak. Mulutnya serasa di beri lem mendadak, karena dia sama sekali tidak bisa menjawab segala pertanyaan dosen itu.
“ hampir lama Nadia berada didalam ruangan dosen itu, sebenarnya apa yang sedang terjadi?” tanya Silvi, salah satu kerabat dekatnya Nadia kepada teman-teman yang lainnya. Namun mereka semua hanya menggeleng-gelengkan kepala saja, karena mereka semua tidak mengetahui kejadian sebenarnya.
Akibat kejadian ini, dosen tadi memanggil kedua orang tua Nadia untuk membicarakan masalah ini. Betapa marahnya ayah Nadia, ketika dosen itu memberi tahu, jika Nadia sering membolos kuliah. Orang tua ini sangat-sangat marah kepada Nadia, sampai-sampai Nadia di pukuli diruangan dosen itu. jerit tangis kesakitan selalu di ucapkan gadis ini disetiap pukulan yang di berikan kepadanya.
“ayah dan ibu selalu bekerja keras untuk kamu, tetapi kamu malah mengecewakan ayah dan ibu”
Lelaki tua itu mengucapkannya dengan nada keras dan emosi.
“aku tidak butuh uang kalian, harta kalian dan semua kemewahan kalian yang kalian berikan kepadaku. Aku hanya membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah dan ibu, yang selalu kalian berikan sewaktu aku masih kecil. Dan sekarang, kalian hanya memberikan kesibukan dan dunia yang seperti neraka ini kepadaku”
Nadia menjerit dan menunjuk-nunjuk kedua orangtuanya serta membalas ucapan ayahnya tadi.
Dosen itu merasa kaget dengan apa yang dialami Nadia. Dia tidak menyangka jika Nadia seperti ini. Dosen itu pikir, Nadia sangat bahagia dengan segala kekayaan yang telah diberikan oleh kedua orang tuanya. Namun, pikiran dosen itu salah. Nadia sangat membenci dunianya. Bahkan Nadia juga membenci kedua orangtuanya.
Dengan kesalnya Nadia langsung pergi dari ruangan dosen itu dengan meninggalkan kedua orang tuanya itu. Nadia mengunjungi tempat dimana dia selalu menghabiskan malam bersama Rudi, yaitu disalah satu tempat malam yang berada di dekat kampusnya. Disana Nadia tidak melihat Rudi, yang dilihat hanyalah teman-teman Rudi yang sedang asyik dengan wanita-wanitanya.
Sambil meminum anggur merah, Nadia menghembuskan asap rokok dari mulut dan hidungnya. Dia menunggu Rudi, kekasihnya. Namun, rasa tidak enak terasa di perutnya. Rasa mual-mualpun muncul. Gadis dengan menggunakan dress ini segera berlari menuju kamar mandi. Dikeluarkan semua rasa mual-mualnya itu di toilet. Namun, gadis ini hanya mengeluarkan sedikit cairan-cairan dari mulutnya.
Nadia pulang kerumah dengan kondisi mabuk sekitar jam 2 malam. Dia pulang sendirian tanpa ada yang mengantarnya. Ketika ibu Nadia membukakan pintu, ternyata ibunya langsung syok melihat kelakuan anaknya selama ini. Ternyata Nadia setiap hari suka keluyuran sampai jam segini.Tanpa sadarnya, Nadia telah mendorong ibunya dan masuk ke kamar.
Keesokan harinya, Nadia merasakan mual-mual lagi. Dia heran, semenjak kejadian pada malam itu, Nadia sama sekali belum datang bulan. Dia takut jika terjadi sesuatu kepadanya. Segera pergi dia ke kamar mandi dengan membawa gelas dan alat pengecek kehamilan. Dan ternyata, Nadia positif hamil.
Jerit tangis gadis usia 19 tahun ini ketika mengetahui bahwa dia hamil. Terdengar dari rumah besar ini tangisannya. Kedua orang tua Nadia berlari ke kamar mandi, ketika mereka mendengar pecahan kaca dan jeritan tangis kesakitan Nadia. Dihampirinya langsung ke kamar mandi, dimana Nadia sedang mengurungkan diri.
Semakin lama, malah semakin terdengar suara jerit kesakitan Nadia, ayah Nadia panik takut anaknya terjadi apa-apa di dalam. Dengan jentel nya, lelaki tua ini mendobrak pintu kamar mandi dengan sekuat tenaga. Ketika pintu sudah terbuka, perempuan dan laki-laki yang sudah mulai tua ini melihat anaknya sedang mencoba bunuh diri. Kedua orangtua ini melihat anaknya menggenggam sebuat alat pengecek kehamilan, ketika dilihat ternyata anaknya ini positif hamil. Betapa hancurnya hati seorang ibu ini, saat melihat anaknya sudah mengandung akibat kenakalan yang sudah diperbuat. Si ibu langsung pingsan melihat semua kondisi ini. Si ayah langsung membawa si ibu pergi ke kamarnya.
Melihat kondisi ayah dan ibunya yang sudah semakin tua itu, Nadia sangat-sangat kecewa. “Apa yang sudah aku lakukan selama ini. Betapa kotor nya aku sekarang ini. Harapanku, harapan kedua orang tuaku dan semua cita-citaku, kini hancur sudah. Semua ini hancur karena diriku. Diriku yang tak pernah bisa menjadi orang baik, diriku yang tak pernah bisa untuk menjadi apa yang orang tuaku inginkan. Andai, aku selalu menaati perintah dan larangannya, pasti aku tidak mungkin seperti ini. Aku benar-benar bodoh sekali, karena aku sudah menjadi seperti ini”.
Lagi-lagi hanya menangis, menangis, dan menangis yang Nadia lakukan. Banyak sekali penyesalan yang selalu dia lontarkan di depan ayah dan ibunya itu. “namun, nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur itu, sudah tidak bisa berubah menjadi nasi lagi. Walaupun bisa, tidak akan sempurna seperti sedia kala”. Ucap ayah satu anak ini dengan nada emosi.
Nadia berusaha mencari-cari Rudi, namun dia tidak pernah menemukan Rudi. Kini usia kehamilannya sudah menginjak 4 bulan. Kini perutnya pun sudah mulai membesar. Betapa malunya keluarga ini menanggung semua beban penderitaan, ejekan dan hina’an semua orang akibat ulah anaknya.
Ketika kandungan Nadia berusia 7 bulan, Nadia bertemu dengan Rudi. Dilihatnya lelaki yang sudah menghabiskan dia dimalam itu, sedang bersama perempuan lain. Ditamparnya pipi kiri laki-laki itu dengan tangan kanan Nadia. Namun, lelaki itu malah menganggap Nadia orang gila. “bagus, bagus sekali kamu sekarang Rud. Dulu, kamu bersamaku. Sekarang bersama perempuan ini” sambil mendorong badan perempuan cantik yang sedang bersama Rudi.
Rudi malah mendorong Nadia, dan dia pun terjatuh di badan jalan. Ketika dia jatuh, dari arah selatan terdapat mobil dengan laju cepat dan menabraknya begitu saja. Dengan badan yang berlumur darah, wanita malang ini dibawa kerumah sakit oleh warga sekitar.
Sesampainya dirumah sakit, nyawa anak yang dikandungnya sudah tidak terselamatkan. Kedua orangtua Nadia bersama mbok Minah dan pak Tejo segera mendatangi Nadia dirumah sakit. Wanita malang ini sempat tersadarkan diri, ketika kedua orangtuanya dan kedua orang yang selalu mengurusnya diwaktu kecil itu hadir disamping dia.
“ibu, ayah.. maafin Nadia. Nadia benar-benar telah membuat dosa yang sangat besar kepada ibu dan ayah. Maafin Nadia juga tidak bisa menjadi anak kebanggaan ibu dan ayah, maafin Nadia sudah jadi anak durhaka dan beban dikeluarga ini. Sekali lagi Nadia meminta maaf kepada ayah dan ibu. yang Nadia butuhkan sekarang, adalah ridho dan keikhlasan ayah dan ibu, agar Nadia bisa hidup tenang di alam sana”
Sambil terbata-bata wanita ini meminta maaf kepada orangtuanya.
“mbok, pak.. tolong jagain ibu dan ayah ya. Jangan sampai ibu dan ayah sakit karena kelelahan kebekerja. Selalu rawat ibu dan ayah sebagaimana kalian dulu merawat saya. Sekali lagi, tolong jagain ayah dan ibu, agar aku bisa tenang di alam sana”
Setelah mengucapkan pesan ini, Nadia merasa kesakitan. Dia sakit, karena malaikat ingin mencabut nyawanya. Kedua orangtua Nadia membisikkan kalimat syahadat ke bagian kuping anaknya itu. perlahan-lahan Nadia mengikutinya. Berkali-kali Nadia mengucapkan syahadat dan menyebut-nyebut nama Allah dari mulutnya itu dengan terbata-bata. Pas yang ke 10x, Nadia menghembuskan napas terakhirnya dirumah sakit itu. semua orang menangis akibat kepergian Nadia.
Seusai pemakaman Nadia, mbok Minah menemukan selembar kertas dengan tulisan yang tergeletak di atas meja kamarnya Nadia.
“ayah, ibu, mbok minah, pak tejo.. jaga diri kalian baik-baik ya. Sebelum Nadia pergi mencari Rudi, Nadia menuliskan surat ini untuk kalian semua. Maafkan Nadia sudah merusak semua harapan kalian termasuk ayah dan ibu. Nadia bangga sama kalian berdua, kalian sudah menjadi seorang ayah dan ibu yang baik untuk Nadia. Nadia sadar, selama ini kalian berdua sangat menyayangi Nadia dengan cara, mencari uang untuk membiayai semua kehidupan Nadia.
Untuk mbok minah dan pak tejo, Nadia mengucapkan banyak-banyak terimakasih, karena kalian berdua sudah bersusah payah mengurus Nadia dan mangapdi pada keluarga ini. Walaupun gajih kalian berdua tidak seberapa dibandingakan pengorbanan kalian untuk keluarga ini.
Sekali lagi Nadia ucapkan terimakasih untuk semua orang yang Nadia sayang dan sayang sama Nadia. Jaga diri kalian baik-baik ya, takutnya Nadia pergi mencari Rudi bukan untuk sementara waktu, Tetapi selamanya,
Selamat tinggal, Nadia selalu sayang sama kalian semua“
Isi dari surat itu adalah kata-kata maaf Nadia untuk Ayah, Ibu, mbok Minah dan pak Tejo. Mereka tidak menyangka jika Nadia meninggalkan mereka terlebih dahulu.
Nadia memang meninggal di usia muda, yaitu 20 tahun. Dia meninggal akibat ditabrak oleh mobil yang melaju kencang.
Semenjak kepergian Nadia, kedua orangtua Nadia , mbok Minah dan pak Tejo tinggal di panti jompo dekat rumah Nadia. Melihat kondisinya yang semakin tua dan keterbatasan kemampuannya, ketua Rt setempat memberikan pelayanan kepada mereka di panti jompo dengan gratis. Mereka lewatkan usia tua nya dengan bahagia. Untuk masalah Nadia, mereka semua mengambil hikmah dari semua cobaan yang Allah berikan kepada mereka. Mereka merasakan hangatnya masa tua di panti jompo walaupun tidak diurus oleh anak nya. Melainkan orang lain yang belum pernah mereka kenal.
#sekian dulu yaa cerita dari saya
selamat siang ^_^