Selasa, 17 Juli 2018

SOSOK



Setiap malam, kau selalu menemuiku. Kau berlari ke arahku dengan kencang. Dengan membawa sebuah pisau ditanganmu, matamu menatap dengan seram. Badanmu tinggi dan besar. Kau seram, semua orang terlihat takut melihatmu. Kukumu tajam, kepalamu tak berambut, bibirmu hitam. Kau sangat tegap, kakimu sangat panjang, tanganmu pun begitu besar. Sepertinya, sebuah pisau ditanganmu bukan apa-apa bagimu.

Ketika kau lama berlari, kau mulai memelankan langkah kakimu itu. Perlahan-lahan kau berjalan ke arahku. Pisau yang kau pegang, kau arahkan tepat di depan wajahku. Kakiku lelah, jantungku berdebar sangat kencang, bulu kuduk-ku merinding, tanganku berkeringat, dahiku basah, wajahku sangat pucat dan pikiranku tak bisa menemukan siapa kamu.

Bukan hanya aku yang kau takuti. Kaupun menakuti kaum-kaum lemah yang ada dimuka bumi ini. Itu adalah kebiasaanmu, yang mungkin sudah menjadi rutinitasmu. Banyak anak kecil menjerit ketakutan. Tangisannya memecahkan kesunyian malam. Air mata seperti tsunami dipipinya. Mereka semua berlari sambil berteriak “Mama... Mama...., tolong aku”. Bukan hanya anak kecil yang sangat ketakutan. Tetapi kau menakuti lansia juga. Kaupun tak mau meloloskan mereka. Mereka semua seperti mangsa utamamu. Padahal kau tahu dengan pasti, mereka semua tak bisa berlari. Jangankan untuk berlari, untuk melindungi dirinya sendiripun mereka sangat kesulitan.

Kadang hatiku selalu bertanya-tanya. Siapakah kamu?, Dari mana asalmu?, Dimana akal sehatmu?, dah bagaimana jalan pikiranmu?. Itu semua hanya ada didalam hati. Sekali lagi, itu semua hanya pertanyaan untukmu yang ada didalam hatiku. Jangankan untuk bertanya langsung kepadamu, ketika bola matamu melihat wajahku, kau langsung berlari kearahku dengan kencangnya. Terlihat jelas kau tak ingin melepaskanku begitu saja. Gigimu itu seperti ingin mengunyah tubuhku. Lagi-lagi hanya ketakutan yang aku dapat. Bukan sebuah keberanian untuk menanyakan semua itu kepadamu.

Senang rasanya jika sang mentari telah terbit. Kau tidak bisa menakut-nakutiku lagi. Semua orang tertawa terbahak-bahak seakan meledekmu dari bawah sini. Para lansia asyik menikmati kursi goyangnya. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Orang-orang dewasa saling mengobrol satu sama lain. Mereka semua terlihat sangat senang meledekmu dari bawah sini. “Mungkin kau menyaksikan canda-tawa mereka dari atas sana”, Pikirku.

Diseluruh stasiun televisi banyak orang yang membicarakanmu. Berita akan dirimu sudah tersebar luas. Bukan hanya di negaraku ini. Tetapi, sudah keujung dunia. Padahal yang kulihat kau itu satu. Kau tak punya teman. Mungkin hanya sebuah pisau ditanganmu saja yang selalu kau bawa. Kau datang sedirian, sepertinya kau sangat kesepian tak punya teman. “Tapi, mengapa semua orang sangat mengenal dirimu sampai keujung dunia ini?, siapa sebenarnya kamu?”, Selalu tanyaku.

Banyak polisi mencari-carimu. Banyak pamplet-pamplet tentangmu yang sudah tersebar luas. Banyak stasiun berita yang mengungkap keburukanmu. Serta banyak pula penghuni muka bumi ini yang membicarakan kejahatanmu. Apakah kupingmu tak kepanasan mendengar semuanya?. Apakah amarahmu bisa terkendali saat melihat itu semua?. Apakah kau tertidur pulas ketika mentari terbit sampai kau tidak mengetahuinya?. Apakah kau makhluk malam hari?. Ini semua yang menjadi pertanyaan banyak orang.

Malam datang lagi. Semua aktivitas yang ada dibumi ini seakan berhenti dengan otomatisnya. Dilihatnya langit sangat gelap. Bintang-bintangpun tak bersinar. Tak ada rembulan yang menderang. Burung-burung masuk dalam sangkarnya. Nyamuk-nyamuk tak berkeliaran menjajah manusia. “Sepertinya mereka takut denganmu”, Gumamku.
“Siapa sebenarnya kau?, Mengapa mereka semua bisa berhenti secara otomatis?. Apakah kau telah memencet tombol  STOP?, Memangnya kau siapa sampai-sampai kau bisa menjalankan mereka semua dan menghentikan mereka sesuka hatimu?. Apakah kau Tuhan?. Tetapi tidak ada Tuhan yang jahat kepada umat-Nya seperti kamu. Pasti kamu bukan Sang Tuhan.”, Pikirku.

Banyak para ilmuan terkenal mencari tahu tentangmu. Dengan segala pengalaman dan keahliannya, mereka semua menggunakan rumus-rumus ilmiah yang mereka miliki. Mereka mencoba membantu dunia ini. Mereka semua orang pintar. Mereka semua adalah para ilmuan yang sangat terkenal. Mereka semua banyak sekali menemukan sesuatu yang tak pernah bisa ditemukan oleh orang biasa-biasa saja. Bukankah mereka orang-orang pintar?. Tetapi, mengapa mereka semua tidak bisa menemukanmu?. Siapa sebenarnya kamu.

Setelah semua aktivitas dimuka bumi ini berhenti, kau dengan cepatnya datang. Kecepatan kau datang seperti kilat, namun kau menghilang dengan sangat lamban. Sepanjang malam kau menakut-nakuti semua orang. Setiap malam kau berlarian mengejar mangsamu. Setiap malam emosimu memuncak. Sedikit saja, apakah kau tak merasa kelelahan?, sungguh kau adalah orang yang sangat kuat. Tubuhmu dan tubuhku dilihat sekilas sangat mirip. Hanya bedanya, kau tinggi tegap, badanmu besar, dan kau sangat seram. Namun tubuhku lebih kecil darimu dan diriku tak menyeramkan sepertimu.

Perbedaan kita hanya dari postur tubuh saja. Tapi, mengapa aku tak bisa sekuat dirimu?, apakah setiap pagi tanganmu selalu mengangkat barbel?, apakah setiap pagi kau selalu minum jamu kuat?, apakah kau seorang atlet?, apakah kau seorang penguasa dunia?, apakah kau sengaja diciptakan Tuhan untuk menakut-nakuti umat-Nya?. Sepertinya kau tak ada hubungan apa-apa dengan Tuhan. Tuhanku sangat baik. Tuhanku adalah Maha Agung. Tuhanku adalah Maha Penyayang. Tuhanku adalah Maha dari segala Maha. Seharusnya kau dihukum berat oleh Tuhanku.

Malam ini kau melepaskanku begitu saja. Matamu sepertinya tak melihatku. Aku sengaja meledekmu tepat didepan matamu. Kau mengacuhkanku begitu saja. Semua orang juga malam ini tak kelihatan. Sepanjang jalan sepi, tak ada satupun orang selain aku dan dirimu. Kulihat sekelilingmu, ada yang berbeda dengan dirimu. Kau sudah tak membawa pisau lagi. Tanganmu kosong. Bajumu bukan lagi berwarna hitam. Kau tak tinggi besar. Wajahmupun tak menyeramkan seperti biasanya.
“Ada apa dengan semua ini?”, Pikirku sejenak.

Kau melambaikan tanganmu kearahku. Wajahmu bersinar, mulutmu tersenyum kepadaku, dan kau menghilang seperti asap didepanku. Aku terjatuh. Tergeletak tak berdaya sepanjang malam. Mataku terpejam kuat dengan sendirinya. Padahal aku tak lagi mengantuk. Perasaanku terasa plong. Rasa lelahku hilang begitu saja. Rasa takutku pergi dengan sendirinya. Kuhabiskan malamku sendirian dibadan jalan ini.

Tak lama, mataku sangat silau. Kepalaku sakit, tangan dan kakiku tak bisa bergerak. Terdengar banyak suara orang mengobrol diatas kepalaku.
“Kamu sudah bangun?”, Tanya salah seorang dari mereka semua.
Kuperhatikan dengan teliti sekeliling tempat kuterbaring. Badanku rasanya sangat empuk. Udaranya sangat dingin. Banyak aroma-aroma yang tak asing masuk kehidungku. Sepertinya aku sudah lama berada diruangan ini. Terasa sangat nyaman.
“Aku dimana”, Tanyaku sambil bingung.

Mereka semua tersenyum kepadaku. Mereka sepertinya mengenalku. Kulihat disudut pojok ruangan itu, ada mama yang sedang menangis melihatku. Aku semakin bingung melihatnya.
“Ada apa denganku?”, Tanyaku lagi kepada mereka semua.
“Syukurlah kamu sudah sadar. Sekian lama kamu terbaring tak sadarkan diri di kasur ini, akhirnya kamu terbangun juga”, Penjelasan kakakku.

Mendengar itu semua, aku baru ingat. Saat pulang sekolah, aku melamun disepanjang jalan. Aku menyebrang jalan tanpa melihat kanan dan kiri. Banyak sekali pengendara yang meng-klakson kendaraannya didepanku. Pada saat itu, ada seekor kucing yang terjebak di tengah-tengah jalan. Aku berlari ingin menyelamatkannya, namun ada sesuatu yang mengenai tubuhku. Tubuhku terpental sangat jauh. Tas sekolahku berantakan di badan jalan. Banyak sekali orang yang menjerit. Kupegang kepalaku, banyak darah disana.

Tak lama, ada seorang ibu-ibu berlari kearahku. Dia menjerit minta tolong sambil menangis. Mataku sangat berat. Aku tertidur dengan sedirinya. Setelah itu, aku tak ingat apa-apa lagi. Akupun tak ingat, apakah kucing itu terselamatkan atau tidak. Dan sekarang aku baru bangun dari sekian lama tertidur.

Aku baru sadar, sosok laki-laki tinggi besar dan menyeramkan itu sebenarnya tidak ada. Itu semua hanyalah mimpi burukku selama tidur cukup lama. Aku baru mengerti, aku sangat ketakutan. Penglihatanku mengenai semua orang sangat ketakutan waktu melihat sosoknya, itu semua hanya mimpi yang menemaniku selama ini. Aku hanya tersenyum sambil mengingat wajahnya. Itu adalah rasa terimakasih kepadanya, karena dia telah menemani tidur lamaku selama ini sampai aku akhirnya terbangun dengan sendirinya.