Setiap malam, kau selalu
menemuiku. Kau berlari ke arahku dengan kencang. Dengan membawa sebuah pisau
ditanganmu, matamu menatap dengan seram. Badanmu tinggi dan besar. Kau seram,
semua orang terlihat takut melihatmu. Kukumu tajam, kepalamu tak berambut,
bibirmu hitam. Kau sangat tegap, kakimu sangat panjang, tanganmu pun begitu
besar. Sepertinya, sebuah pisau ditanganmu bukan apa-apa bagimu.
Ketika kau lama berlari, kau
mulai memelankan langkah kakimu itu. Perlahan-lahan kau berjalan ke arahku. Pisau
yang kau pegang, kau arahkan tepat di depan wajahku. Kakiku lelah, jantungku
berdebar sangat kencang, bulu kuduk-ku merinding, tanganku berkeringat, dahiku
basah, wajahku sangat pucat dan pikiranku tak bisa menemukan siapa kamu.
Bukan hanya aku yang kau takuti.
Kaupun menakuti kaum-kaum lemah yang ada dimuka bumi ini. Itu adalah
kebiasaanmu, yang mungkin sudah menjadi rutinitasmu. Banyak anak kecil menjerit
ketakutan. Tangisannya memecahkan kesunyian malam. Air mata seperti tsunami
dipipinya. Mereka semua berlari sambil berteriak “Mama... Mama...., tolong
aku”. Bukan hanya anak kecil yang sangat ketakutan. Tetapi kau menakuti lansia
juga. Kaupun tak mau meloloskan mereka. Mereka semua seperti mangsa utamamu.
Padahal kau tahu dengan pasti, mereka semua tak bisa berlari. Jangankan untuk
berlari, untuk melindungi dirinya sendiripun mereka sangat kesulitan.
Kadang hatiku selalu
bertanya-tanya. Siapakah kamu?, Dari mana asalmu?, Dimana akal sehatmu?, dah
bagaimana jalan pikiranmu?. Itu semua hanya ada didalam hati. Sekali lagi, itu
semua hanya pertanyaan untukmu yang ada didalam hatiku. Jangankan untuk bertanya
langsung kepadamu, ketika bola matamu melihat wajahku, kau langsung berlari
kearahku dengan kencangnya. Terlihat jelas kau tak ingin melepaskanku begitu
saja. Gigimu itu seperti ingin mengunyah tubuhku. Lagi-lagi hanya ketakutan
yang aku dapat. Bukan sebuah keberanian untuk menanyakan semua itu kepadamu.
Senang rasanya jika sang mentari
telah terbit. Kau tidak bisa menakut-nakutiku lagi. Semua orang tertawa
terbahak-bahak seakan meledekmu dari bawah sini. Para lansia asyik menikmati
kursi goyangnya. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Orang-orang dewasa
saling mengobrol satu sama lain. Mereka semua terlihat sangat senang meledekmu
dari bawah sini. “Mungkin kau menyaksikan
canda-tawa mereka dari atas sana”, Pikirku.
Diseluruh stasiun televisi banyak
orang yang membicarakanmu. Berita akan dirimu sudah tersebar luas. Bukan hanya
di negaraku ini. Tetapi, sudah keujung dunia. Padahal yang kulihat kau itu
satu. Kau tak punya teman. Mungkin hanya sebuah pisau ditanganmu saja yang
selalu kau bawa. Kau datang sedirian, sepertinya kau sangat kesepian tak punya
teman. “Tapi, mengapa semua orang sangat
mengenal dirimu sampai keujung dunia ini?, siapa sebenarnya kamu?”, Selalu
tanyaku.
Banyak polisi mencari-carimu.
Banyak pamplet-pamplet tentangmu yang sudah tersebar luas. Banyak stasiun
berita yang mengungkap keburukanmu. Serta banyak pula penghuni muka bumi ini
yang membicarakan kejahatanmu. Apakah kupingmu tak kepanasan mendengar
semuanya?. Apakah amarahmu bisa terkendali saat melihat itu semua?. Apakah kau
tertidur pulas ketika mentari terbit sampai kau tidak mengetahuinya?. Apakah
kau makhluk malam hari?. Ini semua yang menjadi pertanyaan banyak orang.
Malam datang lagi. Semua
aktivitas yang ada dibumi ini seakan berhenti dengan otomatisnya. Dilihatnya
langit sangat gelap. Bintang-bintangpun tak bersinar. Tak ada rembulan yang
menderang. Burung-burung masuk dalam sangkarnya. Nyamuk-nyamuk tak berkeliaran
menjajah manusia. “Sepertinya mereka
takut denganmu”, Gumamku.
“Siapa sebenarnya kau?, Mengapa mereka semua bisa berhenti secara
otomatis?. Apakah kau telah memencet tombol
STOP?, Memangnya kau siapa sampai-sampai kau bisa menjalankan mereka
semua dan menghentikan mereka sesuka hatimu?. Apakah kau Tuhan?. Tetapi tidak ada
Tuhan yang jahat kepada umat-Nya seperti kamu. Pasti kamu bukan Sang Tuhan.”,
Pikirku.
Banyak para ilmuan terkenal
mencari tahu tentangmu. Dengan segala pengalaman dan keahliannya, mereka semua
menggunakan rumus-rumus ilmiah yang mereka miliki. Mereka mencoba membantu dunia ini. Mereka semua orang
pintar. Mereka semua adalah para ilmuan yang sangat terkenal. Mereka semua
banyak sekali menemukan sesuatu yang tak pernah bisa ditemukan oleh orang
biasa-biasa saja. Bukankah mereka orang-orang pintar?. Tetapi, mengapa mereka
semua tidak bisa menemukanmu?. Siapa sebenarnya kamu.
Setelah semua aktivitas dimuka
bumi ini berhenti, kau dengan cepatnya datang. Kecepatan kau datang seperti
kilat, namun kau menghilang dengan sangat lamban. Sepanjang malam kau
menakut-nakuti semua orang. Setiap malam kau berlarian mengejar mangsamu.
Setiap malam emosimu memuncak. Sedikit saja, apakah kau tak merasa kelelahan?,
sungguh kau adalah orang yang sangat kuat. Tubuhmu dan tubuhku dilihat sekilas
sangat mirip. Hanya bedanya, kau tinggi tegap, badanmu besar, dan kau sangat
seram. Namun tubuhku lebih kecil darimu dan diriku tak menyeramkan sepertimu.
Perbedaan kita hanya dari postur
tubuh saja. Tapi, mengapa aku tak bisa sekuat dirimu?, apakah setiap pagi
tanganmu selalu mengangkat barbel?, apakah setiap pagi kau selalu minum jamu
kuat?, apakah kau seorang atlet?, apakah kau seorang penguasa dunia?, apakah
kau sengaja diciptakan Tuhan untuk menakut-nakuti umat-Nya?. Sepertinya kau tak
ada hubungan apa-apa dengan Tuhan. Tuhanku sangat baik. Tuhanku adalah Maha
Agung. Tuhanku adalah Maha Penyayang. Tuhanku adalah Maha dari segala Maha.
Seharusnya kau dihukum berat oleh Tuhanku.
Malam ini kau
melepaskanku begitu saja. Matamu sepertinya tak melihatku. Aku sengaja
meledekmu tepat didepan matamu. Kau mengacuhkanku begitu saja. Semua orang juga
malam ini tak kelihatan. Sepanjang jalan sepi, tak ada satupun orang selain aku
dan dirimu. Kulihat sekelilingmu, ada yang berbeda dengan dirimu. Kau sudah tak
membawa pisau lagi. Tanganmu kosong. Bajumu bukan lagi berwarna hitam. Kau tak
tinggi besar. Wajahmupun tak menyeramkan seperti biasanya.
“Ada apa dengan semua ini?”, Pikirku
sejenak.
Kau melambaikan
tanganmu kearahku. Wajahmu bersinar, mulutmu tersenyum kepadaku, dan kau
menghilang seperti asap didepanku. Aku terjatuh. Tergeletak tak berdaya
sepanjang malam. Mataku terpejam kuat dengan sendirinya. Padahal aku tak lagi
mengantuk. Perasaanku terasa plong. Rasa lelahku hilang begitu saja. Rasa
takutku pergi dengan sendirinya. Kuhabiskan malamku sendirian dibadan jalan
ini.
Tak lama,
mataku sangat silau. Kepalaku sakit, tangan dan kakiku tak bisa bergerak.
Terdengar banyak suara orang mengobrol diatas kepalaku.
“Kamu sudah bangun?”, Tanya salah
seorang dari mereka semua.
Kuperhatikan dengan
teliti sekeliling tempat kuterbaring. Badanku rasanya sangat empuk. Udaranya
sangat dingin. Banyak aroma-aroma yang tak asing masuk kehidungku. Sepertinya
aku sudah lama berada diruangan ini. Terasa sangat nyaman.
“Aku dimana”, Tanyaku sambil bingung.
Mereka semua
tersenyum kepadaku. Mereka sepertinya mengenalku. Kulihat disudut pojok ruangan
itu, ada mama yang sedang menangis melihatku. Aku semakin bingung melihatnya.
“Ada apa denganku?”, Tanyaku lagi kepada
mereka semua.
“Syukurlah kamu sudah sadar. Sekian lama
kamu terbaring tak sadarkan diri di kasur ini, akhirnya kamu terbangun juga”,
Penjelasan kakakku.
Mendengar itu
semua, aku baru ingat. Saat pulang
sekolah, aku melamun disepanjang jalan. Aku menyebrang jalan tanpa melihat
kanan dan kiri. Banyak sekali pengendara yang meng-klakson kendaraannya
didepanku. Pada saat itu, ada seekor kucing yang terjebak di tengah-tengah
jalan. Aku berlari ingin menyelamatkannya, namun ada sesuatu yang mengenai
tubuhku. Tubuhku terpental sangat jauh. Tas sekolahku berantakan di badan
jalan. Banyak sekali orang yang menjerit. Kupegang kepalaku, banyak darah
disana.
Tak lama, ada
seorang ibu-ibu berlari kearahku. Dia menjerit minta tolong sambil menangis.
Mataku sangat berat. Aku tertidur dengan sedirinya. Setelah itu, aku tak ingat
apa-apa lagi. Akupun tak ingat, apakah kucing itu terselamatkan atau tidak. Dan
sekarang aku baru bangun dari sekian lama tertidur.
Aku baru sadar,
sosok laki-laki tinggi besar dan menyeramkan itu sebenarnya tidak ada. Itu
semua hanyalah mimpi burukku selama tidur cukup lama. Aku baru mengerti, aku
sangat ketakutan. Penglihatanku mengenai semua orang sangat ketakutan waktu
melihat sosoknya, itu semua hanya mimpi yang menemaniku selama ini. Aku hanya
tersenyum sambil mengingat wajahnya. Itu adalah rasa terimakasih kepadanya,
karena dia telah menemani tidur lamaku selama ini sampai aku akhirnya terbangun
dengan sendirinya.