Nita, adalah salah satu mahasiswi cantik yang berasal dari
kota Bandar Lampung. Dia sengaja pergi ke Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya
disalah satu Universitas yang ada di kota Jakarta. Dengan membawa bekal 3 stel baju, peralatan
tulis dan selembar ijazah SMA yang dia bawa dari kampung halamannya, dia
memberanikan diri pergi ke kota Jakarta seorang diri.
Sampai di Jakarta, Nita tinggal bersama teman Ayahnya yang
bernama Rahman Sujaja, yang biasa dikenal dengan sebutan Om Maman. Kebetulan,
Om Maman ini memiliki seorang putra yang bernama Arif Sujaja. Usia Arif tidak
jauh berbeda dengan usia Nita, karena Arif memiliki usian 1 tahun lebih unggul
dari Nita. Walupun begitu, Arif tetap sekelas dengan Nita. Hal ini dikarenakan
Arif, lelaki tampan kesayangan Om Maman ini pernah tidak naik kelas pada waktu
SMP.
Arif memang masuk kedalam golongan orang-orang tidak pintar,
walau begitu Arif tetap menjadi pangerannya para wanita sebayanya. Bukan hanya
tampan, tetapi Arif memiliki harta, karena dia memang berasal dari keluarga
yang cukup berkelas. Hal ini yang mengakibatkan banyak sekali wanita-wanit yang
menyukainya.
Tampan dan kaya raya telah membuat Arif lupa akan hak dan
kewajibannya menjadi seorang anak. Arif seperti ini semenjak Ibunya meninggal
dunia pada saat Arif kelas 2 SMA. Om Mama seorang pengusaha sukses tidak bisa
dan tidak mampu untuk mengurus Arif seorang diri. Mengingat pekerjaan kantornya
yang banyak dan tugas seorang Ayah serta ditambah menjadi seorang Ibu
untuk anaknya ini.
Bukan hanya itu, mengingat usianya yang sudah renta, terlalu
sulit untuk menjalankan 3 kewajiban sekaligus didunia ini jika seorang diri.
Semenjak Nita tinggal disana, Om Maman merasakan keringanan, karena Nita sering
membantu pekejaan rumahnya.
***
Setiap hari Nita pergi kuliah bersama Arif menunggangi sepeda
motor miliknya. Arif merasa malu karena setiap hari selalu memboncengi wanita
kampung ini. Nita selalu sabar jika Arif sering membentak-bentaknya didepan
orang-orang banyak.
Putri, sahabat baik Nita sering sekali memberi nasihat kepada
Nita, jika perlakuan Arif kepadanya sudah melampaui batas wajar. Karena Nita
sering diperlakukan seperti hewan didepan teman-temannya. Walau begitu, Nita
tidak pernah melawannya. Bukan karena takut, melainkan Nita sudah menganggap
Arif dan Om Maman ini seperti keluarga keduanya. Begitu juga pesan kedua
orangtuanya yang berada di kampung.
Tian, lelaki cupu yang selalu ada disamping Nitapun
memberikan nasihat yang sama kepada Nita. Nita hanya tersenyum melihat kedua sahabatnya ini sangat memperdulikannya. Walau begitu, Nita tetap saja
tidak mau melawan apa lagi sampai melukai Arif ataupun Om Maman. Karena dia
tahu akan balas budi kepada keluarga Om Maman.
***
Seiring waktu berjalan, Arif yang memiliki kepribadian
seperti lelaki pecundang ini tiba-tiba memperlakukan Nita seperti ratunya.
Entah setan apa yang telah merasuki akal dan pikirannya, sampai-sampai dia
sendiri rela berkorban untuk Nita. Dulu, Nita seperti budaknya, namun sekarang
Nita seperti ratunya. Iya ratu, seorang ratu untuk Arif.
Melihat kedekatan Nita dengan Tian, Arif cemburu. Tian,
lelaki cupu ini sengaja memperlihatkan rasa peduli dan perhatiannya untuk Nita
didepan Arif. Dengan gagahnya, Arif menarik tangan gadis kampung ini serta
membawanya pergi dari Tian.
“aw...aw...aw”, suara
kesakitan dari bibir Nita. Arif tidak memperdulikan suara itu. Arif tetap saja
melangkah sambil menggandeng tangan gadis kampung ini menuju taman kampus.
Kebetulan disana terdapat Putri yang sedang duduk sendiri sambil menikmati
manisnya permen karet. Dengan rasa herannya Putri bertanya “ada
apa ini, Nita.. kamu kenapa?”. Nita tidak sempat menjawab pertanyaan
Putri tadi, karena Arif masih menarik tangannya dengan kencang. Dengan rasa
khawatir akan sahabat baiknya ini, Putri diam-diam mengikuti langkah kaki Arif.
“duduklah”, (dengan rasa kesal, Arif mempersilahkan Nita
duduk).
“i..i...iya!”, (Nita
menjawabnya masih dengan nada terbata-bata).
“sudah berkali-kali kukatakan, jauhkan lelaki
cupu itu”, (Arif sedikit membentak Nita).
“lelaki cupu? Maksudmu Tian?”, (dengan
rasa bingungnya Nita masih menanyakan maksud dari pertanyaan Arif).
“iya Tian. Jika kamu tidak menjauhinya,
aku sendiri yang akan memberikan perhitungan kepadanya”, (sedikit
ancaman kepada Nita).
“ba...ba..baiklah,
aku akan menjauhinya”, (dengan wajah polos, Nita meng’iyahkan apa
yang
diucapkan Arif tersebut).
Dengan cepatnya Arif meninggalkan Nita sendiri di taman. Tidak lama kemudian Putri menghampiri Nita dengan membawa banyak pertanyaan
untuknya. Belum sempat melontarkan pertanyaan, Nita sudah berkata “sudah jangan bertanya, aku tidak mau diganggu. Cepat
tinggalkan aku sendiri”. Dengan herannya Putri Mendengar ucapan itu
dari mulut Nita. “lhoo.. ada apa ini? Apa yang sebenarnya
terjadi dengannya?”, dengan rasa yang mengganjal dihati, Putri
bergegas meninggalkan Nita sendiri di taman.
Dengan rasa paniknya, Tian berlarian mencari-cari Nita.
Disetiap tempat yang sering Nita kunjungi di kampus itu, Tian tidak
menemukannya. “apa yang sedang terjadi antara Arif
dan Nita”, pikir Tian dengan kepo sambil mencari-carinya.
Bbbrrruukkk...
Tian dan Putri saling bertabrakan. Mata Putri berbinar
melihat kedua mata Tian yang dilindungi kaca mata itu. sambil melamun, Putri
memperhatikan Tian dari ujung kaki sampai kepala.
Hey, syuuutttt....
Tian berusaha membangunkan Putri dari lamunannya. Dengan rasa
malu putri menundukkan kepalanya dan berkata “maaf
aku tidak sengaja”. Belum sempat menjawab pertanyaannya, Nita datang
sambil menangis menghampiri Tian.
Tian, lelaki cupu ini memberikan rasa pedulinya kepada Nita.
Tian memang sangat peduli kepada Nita. Sudah cukup lama Tian menyukai Nita.
Namun, Nita sendiri tidak mengetahuinya. Dia malah menganggap Tian ini seperti
kakaknya.
Melihat itu semua Putri dengan cepatnya meninggalkan mereka
berdua. Putri cemburu, dia memang cemburu. Diam-diam Putri mengagumi sosok Tian
yang baik hati ini. Namun apa daya Tian menyukai Nita, sahabatnya. Dengan rasa
kesal dan gelisah menahan amarah serta rasa sakit hati yang dia derita, Putri
mulai menjauhi sahabatnya itu. Nita mulai merasakan keanehan pada sosok Putri
yang mulai berubah.
***
Tepat pada malam minggu, Arif mengajak Nita makan malam
diluar. Dengan menggunakan baju sederhananya, Nita tampil begitu cantik. Arif
baru menyadarinya, jika selama ini Nita memang gadis kampung yang cantik. Dia
juga berfikir tentang perasaannya itu, jika dia memang benar-benar menyayangi Nita
lebih dari seorang teman maupun kakak adik dalam sebuah keluarga. Dengan
membawa sebuah cincin yang dia beli di toko bersama Ayahnya itu, Arif
memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Nita, serta mengajak Nita
untuk bertunangan.
Nita tiba-tiba syok melihat apa yang sedang terjadi pada
malam itu. Dia bingung apa yang harus dia lakukan pada saat itu. Harus
senangkah atau harus menangiskah yang harus dia lakukan. Nita diam-diam juga
menyimpan rasa kepada Arif, namun dia takut jika Arif hanya bermain-main dengan
ucapannya itu.
Kini malam mulai larut, Nita mengakhiri keheningan malam itu
dengan cara mengajak Arif untuk pulang kerumah. Dengan rasa sedikit kecewa,
karena Nita tidak menjawab pertanyaannya itu, Arif meng’gass mobilnya hingga
melaju sangat kencang. “Hal bodoh apa
yang sudah aku lakukan? Dia pasti membenciku sekarang!!”.
Disepanjang jalan Arif masih memikirkan hal itu.
Sesampainya di rumah, Nita sedikit memberikan senyuman untuk
Arif ketika ingin masuk kedalam kamarnya. Arif membalasnya dengan senyuman
ragu. Senyumnya, wajahnya, cara bicaranya, serta lantunan nada leluconnya telah
membuat Arif tidak nyenyak tidur pada malam itu.
***
Pagi ini Tian juga menyatakan cintanya kepada Nita. Namun
Nita dengan lantang nya berkata “Maaf aku
menyukain laki-laki lain”.
“Laki-laki lain?. Maksudmu Arif, Laki-laki
yang selama ini melukaimu?”. (Tian tercengang dengan jawaban Nita).
“Iya Arif. Semalam dia memberikanku
sebuah cincin dan dia mengajakku untuk bertunangan. Namun aku belum
menerimanya, aku masih bingung”. (Nita menjelaskan semuanya).
“Bingung? Kenapa harus bingung,
bukankah kamu mencintainya juga?. Jika memang benar, terimalah dia Nit”. (Tian
berusaha bersikap gentel layaknya seorang laki-laki yang rela luka hatinya
untuk wanit yang dia sukai).
Tian baru menyadarinya, jika cintanya kepada Nita memanglah
salah. Seharusnya dia tidak menyatakan itu semua, karena hal ini hanya
menambahkan beban pikiran Nita saja. Dengan rasa kecewa, Tian meninggalkan Nita
sendirian ditaman.
Dihari yang sama dan diwaktu yang berbeda, Putri juga memulai
menyatakan cintanya kepada Tian. Sebenarnya apa yang dilakukan Putri memanglah
bodoh, menyatakan cinta kepada seorang laki-laki. Hal ini sangatlah jarang
dilakukan oleh seorang wanita.
Tian tidak menyangka jika selama ini Putri menyukainya. Serta
tatapan matanya yang waktu itu menunjukkan segala perasaannya. “huh......dunia ini memang sempit”, pikir
Tian dalam hati.
***
Seiring waktu bejalan, mereka semua menjalani kehidupan
seperti biasanya. Nita dan Arif telah melakukan sebuah pesta tunangan, Tian dan
Putri telah melakukan pendekatan satu sama lain.
Kisah ini memanglah rumit jika kita sendiri yang terlibat
didalamnya. Kita pasti bingung harus memilih siapa dan apa alasannya kita telah
memilihnya. Namun, jika semua itu kita hadapi dengan sikap positif, sabar dan
dewasa dalam berfikir maupun melakukan sebuah tindakan, pasti permasalahan ini
akan mudah terselesaikan tanpa ada satupun luka yang berbekas dihati, karena
hidup adalah sebuah pilihan. Harus ada yang dipilih dan harus ada yang
dikorbankan karena tidak terpilih.