Sabtu, 21 Maret 2015

Sekelumit Manusia dan Cinta Didalamnya


Nita, adalah salah satu mahasiswi cantik yang berasal dari kota Bandar Lampung. Dia sengaja pergi ke Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya disalah satu Universitas yang ada di kota Jakarta.  Dengan membawa bekal 3 stel baju, peralatan tulis dan selembar ijazah SMA yang dia bawa dari kampung halamannya, dia memberanikan diri pergi ke kota Jakarta seorang diri.

Sampai di Jakarta, Nita tinggal bersama teman Ayahnya yang bernama Rahman Sujaja, yang biasa dikenal dengan sebutan Om Maman. Kebetulan, Om Maman ini memiliki seorang putra yang bernama Arif Sujaja. Usia Arif tidak jauh berbeda dengan usia Nita, karena Arif memiliki usian 1 tahun lebih unggul dari Nita. Walupun begitu, Arif tetap sekelas dengan Nita. Hal ini dikarenakan Arif, lelaki tampan kesayangan Om Maman ini pernah tidak naik kelas pada waktu SMP. 

Arif memang masuk kedalam golongan orang-orang tidak pintar, walau begitu Arif tetap menjadi pangerannya para wanita sebayanya. Bukan hanya tampan, tetapi Arif memiliki harta, karena dia memang berasal dari keluarga yang cukup berkelas. Hal ini yang mengakibatkan banyak sekali wanita-wanit yang menyukainya.

Tampan dan kaya raya telah membuat Arif lupa akan hak dan kewajibannya menjadi seorang anak. Arif seperti ini semenjak Ibunya meninggal dunia pada saat Arif kelas 2 SMA. Om Mama seorang pengusaha sukses tidak bisa dan tidak mampu untuk mengurus Arif seorang diri. Mengingat pekerjaan kantornya yang banyak dan tugas seorang Ayah serta ditambah menjadi seorang  Ibu  untuk anaknya ini.

Bukan hanya itu, mengingat usianya yang sudah renta, terlalu sulit untuk menjalankan 3 kewajiban sekaligus didunia ini jika seorang diri. Semenjak Nita tinggal disana, Om Maman merasakan keringanan, karena Nita sering membantu pekejaan rumahnya.
***

Setiap hari Nita pergi kuliah bersama Arif menunggangi sepeda motor miliknya. Arif merasa malu karena setiap hari selalu memboncengi wanita kampung ini. Nita selalu sabar jika Arif sering membentak-bentaknya didepan orang-orang banyak.

Putri, sahabat baik Nita sering sekali memberi nasihat kepada Nita, jika perlakuan Arif kepadanya sudah melampaui batas wajar. Karena Nita sering diperlakukan seperti hewan didepan teman-temannya. Walau begitu, Nita tidak pernah melawannya. Bukan karena takut, melainkan Nita sudah menganggap Arif dan Om Maman ini seperti keluarga keduanya. Begitu juga pesan kedua orangtuanya yang berada di kampung.

Tian, lelaki cupu yang selalu ada disamping Nitapun memberikan nasihat yang sama kepada Nita. Nita hanya tersenyum melihat  kedua sahabatnya ini sangat memperdulikannya. Walau begitu, Nita tetap saja tidak mau melawan apa lagi sampai melukai Arif ataupun Om Maman. Karena dia tahu akan balas budi kepada keluarga Om Maman.
***

Seiring waktu berjalan, Arif yang memiliki kepribadian seperti lelaki pecundang ini tiba-tiba memperlakukan Nita seperti ratunya. Entah setan apa yang telah merasuki akal dan pikirannya, sampai-sampai dia sendiri rela berkorban untuk Nita. Dulu, Nita seperti budaknya, namun sekarang Nita seperti ratunya. Iya ratu, seorang ratu untuk Arif.

Melihat kedekatan Nita dengan Tian, Arif cemburu. Tian, lelaki cupu ini sengaja memperlihatkan rasa peduli dan perhatiannya untuk Nita didepan Arif. Dengan gagahnya, Arif menarik tangan gadis kampung ini serta membawanya pergi dari Tian.

“aw...aw...aw”, suara kesakitan dari bibir Nita. Arif tidak memperdulikan suara itu. Arif tetap saja melangkah sambil menggandeng tangan gadis kampung ini menuju taman kampus. Kebetulan disana terdapat Putri yang sedang duduk sendiri sambil menikmati manisnya permen karet. Dengan rasa herannya Putri bertanya “ada apa ini, Nita.. kamu kenapa?”. Nita tidak sempat menjawab pertanyaan Putri tadi, karena Arif masih menarik tangannya dengan kencang. Dengan rasa khawatir akan sahabat baiknya ini, Putri diam-diam mengikuti langkah kaki Arif.

“duduklah”,  (dengan rasa kesal, Arif mempersilahkan Nita duduk).

“i..i...iya!”, (Nita menjawabnya masih dengan nada terbata-bata).

“sudah berkali-kali kukatakan, jauhkan lelaki cupu itu”, (Arif sedikit membentak Nita).

“lelaki cupu? Maksudmu Tian?”, (dengan rasa bingungnya Nita masih menanyakan maksud dari pertanyaan Arif).

“iya Tian. Jika kamu tidak menjauhinya, aku sendiri yang akan memberikan perhitungan kepadanya”, (sedikit ancaman kepada Nita).

ba...ba..baiklah, aku akan menjauhinya”, (dengan wajah polos, Nita meng’iyahkan apa yang 
diucapkan Arif tersebut).

Dengan cepatnya Arif meninggalkan Nita sendiri di taman. Tidak lama kemudian Putri menghampiri Nita dengan membawa banyak pertanyaan untuknya. Belum sempat melontarkan pertanyaan, Nita sudah berkata “sudah jangan bertanya, aku tidak mau diganggu. Cepat tinggalkan aku sendiri”. Dengan herannya Putri Mendengar ucapan itu dari mulut Nita. “lhoo.. ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?”, dengan rasa yang mengganjal dihati, Putri bergegas meninggalkan Nita sendiri di taman.

Dengan rasa paniknya, Tian berlarian mencari-cari Nita. Disetiap tempat yang sering Nita kunjungi di kampus itu, Tian tidak menemukannya. “apa yang sedang terjadi antara Arif dan Nita”, pikir Tian dengan kepo sambil mencari-carinya.

Bbbrrruukkk...

Tian dan Putri saling bertabrakan. Mata Putri berbinar melihat kedua mata Tian yang dilindungi kaca mata itu. sambil melamun, Putri memperhatikan Tian dari ujung kaki sampai kepala.

Hey, syuuutttt....

Tian berusaha membangunkan Putri dari lamunannya. Dengan rasa malu putri menundukkan kepalanya dan berkata “maaf aku tidak sengaja”. Belum sempat menjawab pertanyaannya, Nita datang sambil menangis menghampiri Tian.

Tian, lelaki cupu ini memberikan rasa pedulinya kepada Nita. Tian memang sangat peduli kepada Nita. Sudah cukup lama Tian menyukai Nita. Namun, Nita sendiri tidak mengetahuinya. Dia malah menganggap Tian ini seperti kakaknya.

Melihat itu semua Putri dengan cepatnya meninggalkan mereka berdua. Putri cemburu, dia memang cemburu. Diam-diam Putri mengagumi sosok Tian yang baik hati ini. Namun apa daya Tian menyukai Nita, sahabatnya. Dengan rasa kesal dan gelisah menahan amarah serta rasa sakit hati yang dia derita, Putri mulai menjauhi sahabatnya itu. Nita mulai merasakan keanehan pada sosok Putri yang mulai berubah.
***

Tepat pada malam minggu, Arif mengajak Nita makan malam diluar. Dengan menggunakan baju sederhananya, Nita tampil begitu cantik. Arif baru menyadarinya, jika selama ini Nita memang gadis kampung yang cantik. Dia juga berfikir tentang perasaannya itu, jika dia memang benar-benar menyayangi Nita lebih dari seorang teman maupun kakak adik dalam sebuah keluarga. Dengan membawa sebuah cincin yang dia beli di toko bersama Ayahnya itu, Arif memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Nita, serta mengajak Nita untuk bertunangan.

Nita tiba-tiba syok melihat apa yang sedang terjadi pada malam itu. Dia bingung apa yang harus dia lakukan pada saat itu. Harus senangkah atau harus menangiskah yang harus dia lakukan. Nita diam-diam juga menyimpan rasa kepada Arif, namun dia takut jika Arif hanya bermain-main dengan ucapannya itu.

Kini malam mulai larut, Nita mengakhiri keheningan malam itu dengan cara mengajak Arif untuk pulang kerumah. Dengan rasa sedikit kecewa, karena Nita tidak menjawab pertanyaannya itu, Arif meng’gass mobilnya hingga melaju sangat kencang. “Hal bodoh apa yang sudah aku lakukan? Dia pasti membenciku sekarang!!”. Disepanjang jalan Arif masih memikirkan hal itu.

Sesampainya di rumah, Nita sedikit memberikan senyuman untuk Arif ketika ingin masuk kedalam kamarnya. Arif membalasnya dengan senyuman ragu. Senyumnya, wajahnya, cara bicaranya, serta lantunan nada leluconnya telah membuat Arif tidak nyenyak tidur pada malam itu.
***

Pagi ini Tian juga menyatakan cintanya kepada Nita. Namun Nita dengan lantang nya berkata Maaf aku menyukain laki-laki lain.

“Laki-laki lain?. Maksudmu Arif, Laki-laki yang selama ini melukaimu?”. (Tian tercengang dengan jawaban Nita).

“Iya Arif. Semalam dia memberikanku sebuah cincin dan dia mengajakku untuk bertunangan. Namun aku belum menerimanya, aku masih bingung”. (Nita menjelaskan semuanya).

“Bingung? Kenapa harus bingung, bukankah kamu mencintainya juga?. Jika memang benar, terimalah dia Nit”. (Tian berusaha bersikap gentel layaknya seorang laki-laki yang rela luka hatinya untuk wanit yang dia sukai).

Tian baru menyadarinya, jika cintanya kepada Nita memanglah salah. Seharusnya dia tidak menyatakan itu semua, karena hal ini hanya menambahkan beban pikiran Nita saja. Dengan rasa kecewa, Tian meninggalkan Nita sendirian ditaman.

Dihari yang sama dan diwaktu yang berbeda, Putri juga memulai menyatakan cintanya kepada Tian. Sebenarnya apa yang dilakukan Putri memanglah bodoh, menyatakan cinta kepada seorang laki-laki. Hal ini sangatlah jarang dilakukan oleh seorang wanita.

Tian tidak menyangka jika selama ini Putri menyukainya. Serta tatapan matanya yang waktu itu menunjukkan segala perasaannya. “huh......dunia ini memang sempit”, pikir Tian dalam hati.
***

Seiring waktu bejalan, mereka semua menjalani kehidupan seperti biasanya. Nita dan Arif telah melakukan sebuah pesta tunangan, Tian dan Putri telah melakukan pendekatan satu sama lain.

Kisah ini memanglah rumit jika kita sendiri yang terlibat didalamnya. Kita pasti bingung harus memilih siapa dan apa alasannya kita telah memilihnya. Namun, jika semua itu kita hadapi dengan sikap positif, sabar dan dewasa dalam berfikir maupun melakukan sebuah tindakan, pasti permasalahan ini akan mudah terselesaikan tanpa ada satupun luka yang berbekas dihati, karena hidup adalah sebuah pilihan. Harus ada yang dipilih dan harus ada yang dikorbankan karena tidak terpilih.

Kamis, 19 Maret 2015

Selembar Surat Kenangan


Malam ini hujan turun lagi. Tak lupa kututup jendela kamar dan ruang tamu yang ada dirumahku.Tak lupa juga pintu rumah yang selalu  terkarut dengan rapatnya.
Diluar sana, angin bertiup dengan kencangnya, seakan menggoyangkan pepohonan yang ada. Kini, waktu sudah larut malam, dimana saatnya untuk meletakkan badan diatas kasur untuk beristirahat.

Tok..tok..tok...

Terdengar seperti ada orang yang mengetuk-ngetuk pintu depan. Kuingat kedua orang tuaku sedang pergi kerumah nenek, Kini hanya aku saja yang ada dirumah ini. Lantas? siapa yang mengetuk-ngetuk pintu? Apakah tamu? Tetapi, malam-malam gini mana ada orang yang bertamu? (terlintas rasa mustahil dipikiranku).
Ketika kubuka pintu depan, ternyata tidak ada orang diluar sana. “ohh mungkin hanya orang iseng, ataupun tiupan angin yang kencang” pikirku dengan cepat dan bergegas ke kamar untuk tidur.

Bbrruuukk..

Kututup pintu kamar dengan kerasnya. Tiba-tiba, kotak kecil dari atas pintu jatuh kelantai. Akupun bingung akan kotak ini, siapa yang telah meletakkan kotak berwarna merah dengan tali pita diatas pintu kamarku? Apa mungkin ini punya Ibu?. Akan kutanyakan pada Ibu besok, jika Ibu sudah pulang dari rumah nenek.

Malam ini aku tidak bisa tidur. Tak lupa kotak merah tadi, kuletakkan diatas meja belajarku. Kutunggu-tunggu kedatangan Ibu dan Ayah pada malam ini. Namun, mereka belum juga sampai..
Rumah kini terasa hening ketika semua penghuninya sedang pergi. Rasa takut muncul ketika malam mulai larut. Kutelepon Ibu, namun Ibu hanya mengatakan “sebentar lagi Ibu sampai dirumah”. sudah 1 jam aku menunggu Ibu dirumah, namun tak sampai-sampai juga mereka dirumah.

Sekitar jam 12 malam, Ibu sampai dirumah bersama Ayah. Setelah mencium tangan mereka, aku segera berlari ke kamar untuk mengambil kotak berwarna merah dengan tali pita itu, lalu menanyakannya kepada Ibu.

Ketika kutanyakan kepada Ibu, Ibu malah menjawabnya “tidak tahu, Ibu hanya menemukan kotak itu 2 minggu yang lalu di teras rumah. Ibu pikir ini milikmu San? Makanya Ibu taruh kotak ini di kamarmu”.

Lantas ini punya siapa? Dan untuk siapa? Aku benar-benar tidak mengetahuinya. Karena di kotak ini tidak ada nama pengirim dan orang yang ditujunya. Aku segera masuk ke kamar. Dengan rasa penasaran, kuletakkan kotak itu diatas kasur.Kulihat lagi kotak itu dengan perlahan-lahan. Bola mataku tak kuasa melihat kotak itu. rasanya ingin aku buka.  

“Akan aku buka kotak ini” pikirku. Disetiap jari-jari tangan ini membuka bungkusnya, tak lupa selalu aku ucapkan “bissmillah hirrahman nirrahim” agar aku selamat, jika isi kotak ini berbahaya.

Ketika kubuka, ternyata kotak ini berisikan sekuntum mawar merah, tak lupa foto-foto dan sebuah surat yang  sangat rapih dengan menggunakan tinta berwarna hitam.
Kuambil mawar itu, namun mawar ini telah layu. "Mungkin sudah terlalu lama, kurang lebihnya hampir 2 minggu berada didalam kotak ini", Pikirku.

 Tak lupa kulihat foto-foto yang ada didalam kotak ini. Ternyata, ini adalah foto-fotoku sewaktu SMK. “siapa yang telah mengirim kotak ini? Apa mungkin temanku sewaktu SMK” segala pertanyaan muncul di dalam hati ini, seakan-akan menutup kesunyian dimalam itu.

Akibat kebanyakan memikirkan “siapa pengirim kotak ini” aku hampir saja melupakan sebuat surat yang ada di dalamnya.
Kuambil selembar kertas itu dan kubawa kedepan jendela kamar untuk kubaca.

Hay San, apa kabar? Sudah lama kita tidak pernah bertemu. Kira-kira sudah  2 tahun lamanya, semenjak acara kelulusan pada malam itu. Kulihat waktu itu, kau mengenakan gaun berwarna merah. Rambutmu selalu diurai dengan menggunakan pita kecil diatasnya (agar sedikit menghiasi rambutmu). Hal itu selalu kuingat, karena itu merupakan ciri khasmu sewaktu kamu masih sekolah.

Dari kejauhan, selalu kuamati dirimu. Nampaknya, dirimu telah membawa diriku ini untuk mengenal jauh tentangmu. Namun, mulut ini tak berdaya. Ketika aku tidak sengaja menabrakmu di dekat meja makan. Aku ingin sekali mengungkapkan rasa cinta ini. Namun, lagi-lagi mulut ini tak berdaya, ketika aku melihat kedua matamu yang indah itu.

Kini aku melanjutkan kuliah di Australia. Aku sengaja mengirimkan surat ini kerumahmu, ketika aku berkunjung ke Indonesia menemui nenek yang sedang sakit.

Bagaimana kabarmu sekarang? Aku akan menemuimu ketika aku sudah lulus kuliah. Aku akan datang bersama kedua orangtuaku ke rumahmu, untuk melamarmu .

Simpan baik-baik surat ini ya, selalu menjaganya dan merawatnya agar tidak lesu dan tidak hilang.
 Selamat tinggal dan sampai jumpa..."

                                                                                                                                         Roy Lesmana

Ketika kubaca surat itu, ternyata surat itu untukku dari Roy, teman waktu SMK. Aku memang jelas masih teringat kejadian malam itu, ketika acara perpisahan disekolah. Roy tidak sengaja menabrakku dan dia juga menolongku, serta mengantarku sampai rumah.

Kuingat-ingat...  dulu aku pernah menyukai Roy. Iya aku menyukainya, sangat-sangat menyukainya. Namun, aku tidak berani menyatakannya, karena aku perempuan. Aku ingin dia yang memulainya, memulai menyatakan cintanya kepadaku. Namun telah lama kutunggu, dia tidak menyatakan itu semua.

Bertahun-tahun lamanya aku memendam rasa cinta ini, sampai-sampai aku sendiri  lupa akan cinta itu dan kenangan itu seiring jalannya waktu. Kini, dia datang lagi dengan membawa kehidupannya dimasa yang akan datang.

Segala pemberian Roy, telah mengingatkanku diwaktu SMK dan Semua kenangannya, dimana aku dan Roy selalu mencuri-curi perhatian satu sama lain. Sampai sekarang aku telah menantinya, tidak lupa kotak dan semua isinya akan kusimpan selalu di kamarku hingga saatnya nanti aku dan Roy dipertemukan.