Kamis, 27 November 2014

CINTA PERTAMA

Pagi itu tepat jam 07:00 pagi, aku pergi kesekolah bersama Naya. Aku dan Naya menaiki motor metik berwarna putih dan Naya mengenakan jaket berwarna merah. Pagi itu suasana kurang mendukung. Memang....  ini adalah bulan-bulannya dimana ibu kota terguyur hujan dan akan berakibatkan banjir melanda ibu kota.

Waktu hujan kami berdua berteduh di salah satu caffe terkenal di jakarta. Bukan hanya kami yang berteduh disana, tetapi banyak sekali pengendara-pengendara motor yang sedang berteduh disana. Kami berdua bingung, apa yang harus kami lakukan ? tas dan seragam kami berdua sudah basah kuyup terkena air hujan. Al hasil kami tidak meneruskan perjalanan kami kesekolah, melainkan kami berdua malah menikmati rintihan-rintihan hujan dan tiupan angin yang cukup besar sambil menghabiskan secangkir kopi di atas meja di caffe itu.

Sekitar pukul 09:00 kami merasa lapar, dan berniat untuk memesan makan. Belum sempat memesan makanan tiba-tiba datanglah 2 orang laki-laki dengan keadaan basah kuyup, tanpa basa-basi mereka langsung duduk di bangku tempat dimana kita sedang menghabiskan secangkir kopi. Nampaknya Naya penasaran akan sosok 2 orang laki-laki yang berada disebelahnya. Tanpa berfikir lama Naya segera bertanya kepada salah satu mereka.
 “maaf sebelumnya, anda ini siapa dan dari mana ya? Kelihatannya baju seragam anda basah semua?” tanya Naya tanpa ada rasa malu.
“maaf sebelumnya, nama saya Angga dan teman saya ini adalah Radit. Kami berdua sedang berteduh disini. kami ingin ke rumah teman di jalan M.Thamrin untuk mengerjakan tugas kelompok” jawab salah satu dari mereka dengan nada pelan.

Gak lama kemudian hujan pun redah. Aku dan Naya segera bergegas untuk pulang kerumah dengan buru-buru. Tanpa sadar komik doraemon ku ketinggalan diatas meja caffe tadi. Aku baru ingat ketika aku sudah sampai dirumah. Ingin kembali lagi ke caffe itu pun rasanya sudah malas sekali, karena cuaca benar-benar kurang mendukung di hari ini. Hanya berdoa yang bisa kulakukan, agar komik kesayangan ku itu tidak diambil oleh orang lain. Dan aku punya niat untuk mengambilnya besok pagi.

Minggu ini adalah waktunya aku CFD berasama teman-teman alumni sd. Tepat jm 06:00 aku berlari melintasi caffe dimana kemarin aku berteduh bersama Naya. Nampaknya sepi sekali caffe itu. Yang kulihat hanyalah pelayan nya saja. Mata ku melihat ke seluruh arah sudut pojok  caffe itu dimana aku kemarin duduk untuk menikmati secangkir kopi, tetapi di atas meja itu sudah tidak ada apa-apa lagi. Tanpa berfikir lagi, aku langsung bergegas meninggalkan caffe itu. Tetapi pas di depan pintu, aku melihat 2 orang lelaki yang kemarin. Dia mengenakan celana trening dengan membawa handuk kecil dilehernya. Terfikir sekilas di otak ku, bahwa aku harus menanyakan komik kesayangan ku itu kepada mereka. Karena sewaktu aku dan Naya pulang, hanya mereka berdua saja lah yang duduk di meja itu. Tetapi malu rasanya untuk bertanya.

Aku dan teman-teman ku segera melajutkan CFD di pagi itu dengan lari-lari mengelilingi Bundaran HI. Lagi-lagi hujan mengguyur tubuh ku. Aku dan teman-teman ku berlarian mencari tempat untuk berteduh. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang memberikan handuk kecil kepada ku, agar kepala ku tidak terkena air hujan. pas kulihat ternyata dia adalah Radit. Iya Radit temannya Angga, lelaki di caffe itu. Aku dan dia segera berlari ke salah satu pohon rindang di dekat taman. aku memberi ucapan trimakasih kepada Radit atas bantuannya itu. Bukannya ngerespound ucapan ku, dia malah mengulurkan tangannya yang sedang menggenggam sebuah buku. Aku bingung akan maksud dia. Ternyata dia sengaja mengikuti ku dari caffe itu hanya untuk mengembalikan komik kesayangan ku itu. Lagi-lagi aku mengucapan rasa trimakasih kepadanya. Namun dia hanya menjawab “tidak usah terlalu banyak bilang trimakasih, karena apa? Karena KITA adalah teman, dan inilah gunanya teman untuk saling membantu” (sambil tersenyum manis dengan lesung pipit di pipinya). Setelah itu Radit meminta my number phone, dan saya memberikannya.

Setelah kejadian itu kami berdua sering SMSan dan lebih akrab lagi. Naya hanya bingung dengan sikap sahabatnya ini. “Mengapa DIA akhir-akir ini selalu senang? Apakah ada sesuatu hal yang membuat dia senang?” Naya hanya bisa bergurau di dalam hati, karena sudah lama dia tidak pernah melihat aku sesenang ini.

Setiap pulang sekolah aku dan Radit selalu mengunjungi Toko Buku. Kebetulan hobby kita sama, yaitu membaca novel dan menulis. Saat aku  sedang duduk membaca buku novel kesukaan ku, tiba-tiba Radti bertanya “apa alasan mu membaca novel?” dan aku hanya menjawab “alasan ku membaca novel adalah agar aku terinspirasi dan mempunyai ide-ide baru untuk membuat karya tulis lagi”.  Radit hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya saja saat mendengar jawaban ku itu.
Saat pulang dari Toko Buku kami pergi ke Taman dekat rumah ku. Disana aku dan Radit duduk menikmati udara di sore hari sambil menikmati segenggam ice cream. Tiba-tiba Radit mengeluarkan bunga dari tas nya. Aku bingun akan maksudnya. Dan pada saat itu Radit menyatakan cintanya kepada ku. pada saat itu aku bingung, karena aku baru mengenalnya. Tetapi aku tau bahwa dia adalah orang yang baik, mandiri, pintar dan berakhlak. Dan akupun tidak bisa berbohong akan hati dan perasaan ini, bahwa sesungguhnya akupun merasakan hal yang sama seperti Radit. Dan akupun menerima cintanya.

Sudah hampir 6 bulan kami berpacaran dan Radit pun masih sering mengajak ku ke Toko Buku itu. Karena menurut Radit tempat itu adalah tempat yang cocok untuk kita berdua yang memiliki hobby membaca novel. Ketika asyik sedang membaca buku, tiba-tiba Radit menanyakan sesuatu hal yang benar-benar tak ku sangka.
“hubungan kita sudah berjalan 6 bulan, dan kita sudah mendekati kelulusan sekolah setelah itu akan menuju kejenjang yang lebih tinggi lagi untuk menggapai semua impian. Hal pertama apa yang akan membuat kamu sedih ketika hal itu terjadi?” tanya Radit sambil memegang tangan ku.

“hal yang paling ku sedih adalah aku harus berpisah dengan teman-teman seperjuangan ku, dan aku harus meninggalkan masa-masa indah di sekolah” jawabku sambil menoleh kepadanya.
“kamu gak sedih jika nanti kamu sudah lulus akan terpisah jauh dengan ku?” Tanya Radit sambil memandang kedua mata ini.

“kenapa harus sedih? Bukan kah kau sudah berjanji kepada ku untuk tidak pernah meninggalkan aku sendirian?” jawab aku sambil menatap matanya.

“kita kan tidak pernah tau nasib dan takdir kita kedepan akan seperti apa, akankah kita akan hidup sehat sampai tua nanti atau memang kita harus meninggal dunia disaat kita belum sukses? Hal itu bisa saja terjadi, karena itu semua sudah diatur oleh Allah” jawaban Radit itu membuat aku menimbulkan pertanyaan-pertanyaan akan maksud ucapannya. Tetapi aku tetapi berfikir positif akan ucapannya.

Waktu bejalan begitu cepat. Dimana malam pelepasan kelas 3 berlangsung aku pulang kerumah, karena aku terasa tidak enak badan. Sudah 1 minggu aku tidak pernah medapat kabar dari Radit. Hal ini sangat membebani pikiranku. Aku khawatir dan takut akan kondisi Radit disana. aku bertanya kepada Angga akan keadaan Radit, namun Angga menutupi itu semua. Pikiran negatif pun muncul dibenak ku “Apa mungkin Radit  bersama wanita lain disana? apa mungkin dia lupa akan diriku?” yang pasti aku benar-benar cemas memikirkan dia.

Sudah hampir 3 bulan Radit tidak memberi ku kabar. Dan ini adalah saatnya aniversary yang ke 4 tahun, tetapi aku tidak pernah melihat akan sosok nya. Seperti biasa aku menunggu Radit di Toko Buku yang sering kami kunjungi. Hujan deras mengguyur malam itu, aku mengenakan baju berwarna merah sambil memegang bunga pemberian dari Radit yang sedang duduk sendirian menunggu sosok Radit yang selama ini ku nantikan. Saat ku lihat jam dinding, kulihat arah panah jam itu menunjukkan pukul 10:00 malam. Dan aku harus pulang karena Toko Buku ini harus ditutup.

Disepanjang jalan aku menangis. Mengapa Radit begitu jahat kepada ku. kesalahan apa yang sudah ku perbuat kepadanya ? sampai-sampai dia benar-benar melupakan ku. ketika aku sedang berjalan, ada sosok lelaki yang sedang mengejar-ngejar ku di belakang sana. Dia berlarian dengan tergeseh-gesah hingga baju yang dikenakkannya basah kuyup akibat terkena hujan. Tak ku sangka dia adalah Angga, teman dekatnya Radit. Kelihatanya dia sanat panik, namun aku tak merespound nya.

Sesampainya Angga di depan ku, dia memberi tahu ku,  bahwa Radit meninggal dunia malam ini sekitar jm 08:00 malam. Aku menganggap ucapan Angga itu sedang bercanda, dan tanpa ku sadari bahwa tangan kanan ku menampar pipi kirinya Angga. Lalu angga diam, dan dia pun mulai menjelaskan maksud omongannya itu. Dia menjelaskan bahwa Radit telah meninggal dunia akibat kecelakaan saat akan ke Toko Buku untuk merayakan hari jadi hubungan aku dan Radit. Sejenak aku diam, amarahpun redah seketika, kujatuhkan tas dan tak kuat rasanya kaki ini menahan tubuh ku. Air mata ini jatuh menetes bersamaan jatuhnya air hujan ke tanah. Aku bingung akan semua ini, mengapa hal ini terjadi kepada ku. jerit dan tangis ku lontarkan pada malam itu, hingga banyak orang melihat ku seperti orang yang tak waras.

Aku dan Angga segera ke rumah Radit. Sesampainya di depan pintu, aku tak kuasa melihat Radit yang sedang terbaring tak bernafas yang tertutup kain kavan putih. Aku duduk, aku menangis, rasanya nyawa dan semangat ku sebagian telah terbawa bersama Radit ke alam sana. Betapa sesaknya ku Di malam itu, melihat Radit (kekasih ku) sudah meninggalkan ku terlebih dahulu. Masa depan ku bersamanya hancur sudah dan harapan ku bersamanya pupus sudah. Kini hanya tinggal kenangan-kenangan yang tersisa bersamanya. Tak pernah bisa ku lupakan akan sosoknya yang selalu menghiasi hati ini dan hari-hari ku.

Walaupun Radit sudah tidak ada di dunia ini, tetapi Radit akan selalu tumbuh di hati ini. Rasa sayang ini tidak akan pernah hilang dan benih-benih cinta ini, akan selalu tumbuh menjadi pohon rindang yang tak akan pernah bisa ditebang atau di hancurkan oleh orang lain. Karena ini adalah cinta pertama yang akan selalu terkenang sepanjang waktu dan masa ku.

============================> THE END <===============================

Terimakasih, semoga bermanfaat ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar