Jumat, 05 Desember 2014

SEORANG SAHABAT

Pagi itu waktu aku ingin pergi ke sekolah, aku melihat seorang wanita cantik sedang duduk di taman. kuhampiri dia, takku sangka dia adalah deby. Deby adalah salah satu sahabatku dari semasa aku kecil. Cuma dia yang benar-benar tulus berteman denganku. Sewaktu aku susah dia selalu ada untukku dan sewaktu aku sedih dia selalu ada untuk menghiburku dengan mimik mukanya yang lucu itu. Deby memang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup diatas rata-rata. Tetapi dia tidak sombong,  dan dia selalu memberi kepada orang yang benar-benar pantas untuk diberi. Aku bangga, benar-benar bangga dengannya.

Tepat waktu liburan sekolah, aku beserta segenap keluarga deby pergi untuk berlibur ke rumah neneknya deby. Sewaktu aku dan deby tidur, tak kusangka kedua orang tua deby sedang membicarakan tentang penyakit yang sudah lama diderita oleh deby. Aku benar-benar terkejut mendengarnya, mendengar bahwa deby menderita penyakit kanker. Aku sempat tak percaya, karena deby selalu tampak sehat dan lebih ceria dibandingkan denganku. Aku harus menyelidiki tentang semua ini.

Setelah seminggu aku menginap dirumah neneknya deby, aku dan deby pergi ke sawah.  Disana banyak sekali burung-burung berterbangan. Aku dan deby berusaha mengejar dan menangkapnya, namun tiba-tiba deby merasakan pusing dan sakit dibagian pernafasannya. Aku dan deby segera pulang ke rumah neneknya.

Sesampainya di rumah, deby segera dibawa ke dokter dengan menggunakan kendaraan pribadi keluarganya. Aku selalu ikut untuk menemani deby. Setelah sampai di rumah sakit, ternyata dokter bilang kalau deby terlalu lelah yang mengakibatkan dirinya begitu drop. Deby harus banyak-banyak istirahat. Liburan ini benar-benar tidak mengasyikkan. Liburan ini hanya membuat deby drop.
Setelah 2 minggu menginap di rumah nenek, aku beserta deby dan kedua orang tuanya segera kembali lagi ke Jakarta, karena senin besok sudah mulai masuk sekolah. Kondisi deby belum stabil, malah kulihat deby semakin parah. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.

Keesokan harinya, waktu aku sekolah, aku sama sekali tidak melihat deby. Kutanyakan keberadaan deby kepada teman sekelasnya, tetapi mereka semua bilang tidak tahu. Aku cemas dan khawatir dengan deby. Aku takut deby benar-benar belum sembuh akibat liburan kemarin.
Setelah pulang sekolah aku mampir ke rumah deby. Tetapi dirumahnya kelihatan kosong tak berpenghuni. Aku bertanya kepada salah satu tetangganya, mereka hanya bilang deby dan keluarganya sudah lama tak kelihatan dirumah. Di rumahnya hanya ada pembantu dan tukang kebunnya saja. Aku penasaran akan keberadaan deby. Kucoba tanyakan semua ini kepada pembantunya deby. Dan pembantunya bilang kalau deby dirawat di rumah sakit dari semenjak usai liburan kemarin. Sungguh aku benar-benar khawatir akan kondisi deby.

Hari ini adalah hari minggu, aku berniat untuk menjenguk deby di rumah sakit. Sesampainya disana, aku melihat kedua orang tua deby sedang duduk melamun di depan ruangan dimana deby dirawat. Kuhampiri mereka dengan rasa gelisah. Ketika kutanyakan akan kondisi deby, kedua orang tua deby hanya bilang kalau deby tidak apa-apa. Deby hanya kelelahan saja, kemungkinan besok sudah bisa sekolah lagi seperi biasanya.

Setelah itu aku pulang ke rumah. Kuceritakan kondisi deby kepada ibuku. Ibuku hanya menjawab dan memberiku nasehat agar aku tidak perlu berfikiran negatif akan kondisi deby. Aku hanya menganggukkan kepala ketika ibu menasehatiku. Nasehat ibu memang benar. Aku tidak boleh beranggapan negatif akan kondisi deby, namun aku juga tidak bisa berdiam diri melihat deby seperti itu.

Keesokan harinya deby sudah bisa sekolah lagi seperti biasa, namun kondisinya memang belum pulih. Aku senang bisa bertemu dengannya. Sudah lama aku tidak pernah melihat deby. Bisa dibilang aku merindukan deby. Iya aku sungguh merindukannya.
Seiring jalannya waktu, tiba-tiba deby hilang tanpa kabar. Kuberusaha mencari-carinya, namun aku tidak menemukannya. Tepat tanggal 27 Oktober 2014 aku menghampiri rumah deby. Di pagar rumah deby tertancapkan bendera kuning dan di teras rumah deby terdapat tenda. Aku bingung, apa yang sedang terjadi dirumah deby ? dan siapa yang meninggal ?.

Dari pada aku penasaran lebih baik aku masuk kedalam rumah deby. Sungguh tak kusangka kedua orang tua deby sedang menangisi sosok seseorang yang sedang terbaring tak bernafas. penasaranku samakin memuncak ketika melihat sosok seseorang yang sedang terbaring lemah tak bernafas dan tertutupi kain panjang. Ketika kuhampiri ternyata itu adalah deby. Iya deby, sahabatku dari kecil. Sosok deby tiba-tiba hilang bagaikan dimakan bumi. Dan kini tiba-tiba aku sudah melihat deby tak bernyawa lagi. Sungguh aku seperti berada didalam dunia mimpi. Aku berharap ada sesorang yang membangunkanku dari dunia mimpi ini. Namu disisi lain aku sadar bahwa semua ini bukanlah mimpi. aku tak kuasa melihat hal ini semua. Kini hanya tinggal kenangan saja. Cita-citaku bersama deby untuk menjadi seorang pengusaha tiba-tiba hancur sudah. Tetapi aku tidak boleh lemah hanya karena hal ini saja, aku harus bisa berjuang sendirian untuk membangun usaha itu. Aku tidak mau melihat deby di surga sana sedih akibat mlihatku sedih dan rencana itu gagal semua. Aku harus bisa membuat deby di surga sana senang. Ya.. aku harus BISA BISA BISA dan BISA. Itu adalah keyakinan didalam diri dan hatiku untuk menempuh kesuksesan dimasa yang akan datang. Semoga deby tenang dialam sana dan deby bahagia dialam sana. Doa itu selalu kupanjatkan untuk deby.

SELESAI........ !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar