Selasa, 22 Desember 2015

Tembok Berbicara

Siang ini ada rapat di aula sekolah. Ratih tergesah-gesah karena terlambat. Dia terlambat karena dia mengikuti remedial dulu. Novan adalah ketua osis disekolah Ratih. Ratih berlari-lari dari lantai 4 hingga lantai 1. Dia takut telat, jika dia telat Novan akan marah besar dengannya. Tak lupa pasti guru-guru juga akan memarahinya, karna ini adalah rapat yang sangat penting. Sifat Novan yang tengil, sok ngatur, egois, dan sok ganteng itu membuat Ratih tidak suka dengannya. sejak SD dia selalu saja seperti itu. Dia tidak memikirkan hati orang lain. Dia selalu melakukan sesuatu sesuka hatinya saja, tanpa peduli dengan orang lain.

Lusa akan ada lomba menyanyi tingkat kecamatan. Kebetulan Ratih dan Novan adalah siswa pilihan dari sekolah mereka. Untuk kali ini, Novan mengajak ngobrol Ratih. Dia selalu menanyakan hal yang tak penting dengan Ratih. Ratih hanya menjawab tanpa menanya balik kepada Novan. Sangat terlihat jelas, Ratih sangat risih dengan Novan. Tak biasa Novan seperti itu kepada Ratih. Namun, hari ini dia berbeda.

Ketika latihan vocal, Cindy dan Tata sangatlah pandai dalam bernyanyi. Namun mereka memiliki 1 jenis suara yang sama, Bu Anah tidak menyukainya. Kini giliran Ratih dengan Novan. Mereka menyanyikan lagu-lagu jadul. Tak disangka Bu Anah malah menyukai perfom mereka.  Akhirnya Bu Anah memberikan keputusan, bahwa Ratih dan Novanlah yang akan mewakili sekolah mereka.

Hari ini hari senin. Hari dimana lomba akan diselenggarakan. Terlihat sekali banyak peserta dari sekolah lain yang akan memperlihatkan bakat mereka. Pucat sudah wajah Ratih. Lagi-lagi Novan care dengan Ratih. Novan membawakan segelas jus mangga untuk Ratih. Novan sangat khawatir dengan Ratih, karena wajah Ratih sangatlah pucat.
"Rat, minta nomor kamu dong. Disuruh Bu Anah kita tukeran nomor Hp, agar kita lebih mudah jika ingin latihan".


"Baiklah Van." Ratih memberikan nomor hp nya kepada Novan.


Sekarang giliran mereka yang akan bernyanyi untuk menghibur para juri. Novan dengan mengenakan celana jeans dan jas hitam sangatlah tampan. Bagaimana tidak, kulit Novan memang putih. Tak kalah juga dengan Ratih, dia mengenakan dress pendek berwarna putih dan sedikit make-up yang menghiasi wajahnya sangatlah cantik. Banyak sekali teman-temannya yang sengaja datang hanya untuk memberikan semangat untuknya. Mereka semua bersorak-sorak dengan riang gembira telah memberikan Ratih dan Novan semangat.
Setelah acara selesai, Novan pamit ingin kekantin untuk makan. Dia mengajak Ratih,namun Ratih tidak mau karna Ratih masih kenyang. Akhirnya Novan dan yang lainnya pergi ke kantin untuk makan siang. Hanya tinggal Ratih sendiri yang berada di tempat acara itu berlangsung.

"Kring...kring...kring....", Ada nomor tidak dikenal menelpon Ratih. Dia tidak mengangkatnya, karena dia pikir ada orang nyasar menelponnya. Beberapa menit kemudian nomor itu menelpon lagi. Ratih malah kebingungan melihatnya, lalu dia langsung mengangkat telepon itu dengan nada pelan.

"Assalamualaikum Ratih... kamu dimana?", Terdengar suara tidak asing dari telepon itu.

"Wa'alaikumsalam.. ini siapa?", Ratih masih belum mengenali suara itu.

"Aku Novan. Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi. Kamu lagi dimana?".

"Oh.. kamu Van. Aku masih di Kecamatan. Emangnya kenapa?", jawab Ratih dengan heran.

"Tadi kamu aku cariin ketempat lomba, terus kamu gak ada disana. Aku pikir kamu udah pulang, mangkanya aku pulang duluan". Novan menjelaskan semuanya.

"Oh iya... aku tadi ke kantin nyariin kamu. Katanya kita mau pulang bareng? Aku kan gatau jalan Van".

"Tapi aku udah dirumah, baru aja sampe. Kamu beneran gatau jalan?".


"Iya Van, aku beneran gatau jalan".



"Yaudah tunggu sebentar, aku akan balik lagi kesana buat jemput kamu. Kamu tunggu aku aja di dekat pintu gerbang. Jangan kemana-mana sampe aku dateng ya".


Telponpun tiba-tiba terputus. Padahal Ratih ingin berkata, "Novan jangan menjemputku. Cuaca sudah mendung, pasti kamu akan kena hujan jika kemari lagi", Tapi dia sudah menutup telponnya. Mau tidak mau Ratih harus menunggu di depan gerbang untuk menunggu Novan datang menjemputnya.

Setengah jam Ratih menunggu, tapi Novan belum juga sampai. Langit semakin mendung, awan-awan hitam telah menyelimuti bumi. Kilat-kilat datang bergantian seperti orang sedang selfie. Tapi Novan belum sampai juga.
Tak lama setelah itu, terdengar suara motor datang menghampirinya. Ternyata itu Novan. Dia menggunakan motor agar lebih cepat sampai di kecamatan. Ratihpun segera pulang dengannya.

Air hujan turun dengan derasnya membasahi mereka berdua. Tepat di dekat salah satu rumah makan, mereka meneduh dahulu. Hujan semakin deras tanpa berhenti. Mengingat ini sudah memasuki bulan januari, memang tak heran. Karena ini sudah menjadi sebuah tradisi di Ibukota Jakarta ini. Setelah hujan mulai redah, mereka melanjutkan lagi perjalanannya menuju ke rumah.

Semakin lama mereka malah dekat. Novan sering bercerita mengenai keluarganya. Novan adalah anak tunggal dikeluarganya. Kedua orangtua Novan telah berpisah sejak ia kecil. Semua ini dikarenakan faktor ekonomi. Ayah Novan sempat menjadi pengangguran ketika kedua orangtua Novan masih bersama. Tetapi setelah mereka berpisah, Ayah Novan sekarang menjadi sukses. Novan dari kecil tinggal bersama ayah, nenek dan kakek nya. Ratih baru mengerti mengapa Novan memiliki sifat buruk seperti itu. Itu semua karena faktor pisahnya kedua orangtuanya. Tapi, semakin lama Ratih dekat dengannya, kini semakin Ratih mengenali dia dengan baik. Ternyata Novan tidak seburuk yang ia pikirkan. Itu semua hanyalah cover nya saja, namun isinya sangat-sangat berbeda.

Sepulang sekolah, Novan mengajak Ratih pulang bersamanya. Arah rumah Ratih dan Novan berbeda dari sekolah. Tetapi Novan rela mengantar Ratih pulang dan dia balik lagi ke arah sekolah untuk pulang kerumahnya. Setiap hari mereka bersama. Bayak sekali orang yang tak suka dengan kedekatan mereka. Bagaimana tidak?, Novan adalah ketua osis dan dia sangat tampan. wanita mana yang tak suka dengannya. Didalam sekolah semua wanita menyukainya, dan masih banyak juga wanita-wanita lain diluar sana yang menyukainya. Sungguh beruntung sekali Novan, semua orang mencintainya.

Tepat tanggal 20 Januari, Novan mengungkapkan isi hatinya kepada Ratih. Dengan membawa setangkai mawar merah dan coklat ditangannya dia memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya didepan orang banyak. Yah... dia menyatakan isi hatinya dilapangan sekolah. Banyak sekali orang yang tertawa melihatnya dan banyak sekali orang yang kesal sampai menangis melihatnya. Ratih tak bisa berkata apa-apa. Dia sangat terkejut melihat Novan, karena baru pertama kalinya ia mendengar seorang laki-laki mengungkapkan isi hatinya didepan orang banyak. Rasa malu dan senang campur menjadi satu. Ratih menerima cinta Novan, semua orang bertepuk tangan untuk mereka semua.

Sejak aksi Novan dilapangan itu, Ratih suka senyum-senyum sendiri. Sampai-sampai teman-temannya meledekinya. Dia hanya tersenyum. Teman-temannya memancing-mancing Ratih untuk berbicara mengenai hubungan Ratih dan Novan. Ratih asik bercerita dengan mereka semua. Semuanya tertawa, semuanya bahagia dan semuanya tersenyum untuk Ratih dan Novan.
Asiknya terbawa cerita, Ratih lupa jika dia telah banyak bercerita tentang Novan kepada teman-temannya. Sekumpulan anak osis (tepatnya osis cewe) datang menghampiri Ratih. Mereka memberikan selamat dengan mimik wajah yang berbeda. Ada yang tersenyum senang, ada yang tersenyum sinis dan ada juga yang meludah saat mengucapkan selamat kepada Ratih. Ratih menghiraukan itu semua, dia hanya tersenyum sambil berjalan menuju kelas.

Beberapa hari Ratih menjalani hubungan sepasang kekasih dengan Novan, banyak sekali rintangan yang mereka lalui, terutama Ratih. Teman-teman Novan sangat tidak suka dengan Ratih. Entah mengapa, yang jelas mereka semua selalu menyindir dan mengejek Ratih. Ratih bersabar dan terus bersabar menghadapinya.

Setiap hari hujan lebat di Jakarta. Lebatnya hujan telah mengakibatkan banjir di DKI Jakarta. Semua siswa-siswi dipulangkan karena air semakin naik menutupi jalanan. Lagi-lagi Ratih dan Novan pulang bersama. Mereka dengan asyik nya hujan-hujanan dengan mengenakan baju sekolah. Ratih yang memegang payung dan Novan yang memakai jas hujan kini melintasi jalanan yang digenangi oleh air. Suasana dinging berlalu begitu saja ketika mereka bercanda-tawa bersama. Mereka sangat senang, dan mereka akan merasakan rindu ketika sekolah diliburkan karena banjir.

Banjir besar kini melanda Ibukota. Ratih bersama Novi (salah satu teman didekat rumahnya) pergi berkeliling mengitari daerah sekolah. Tak disengaja mereka bertemu dengan Novan. Novan hanya memakai celana pendek dan dan kaos berlogo bola menghampiri Ratih. Mereka berbincang-bincang sangat lama. Hingga Ratih lupa akan pulang. Dihabiskannya waktu seharian bersama Novan, setelah jam 5 sore Ratih pulang kerumah dengan hati yang berbunga-bunga.

Banjir telah berlalu, selama 1 minggu lebih sekolah dan kantor diliburkan, kini sudah waktunya semua orang beraktivitas lagi seperti biasa. Setelah mandi pagi, Ratih mendapatkan SMS dari salah satu anggota osis. Isinya SMS itu sangat menyakitkan hati Ratih. Orang itu mengancam Ratih dan berkata "jika anak osis tidak boleh berpacaran dengan orang lain, dia hanya boleh pacaran dengan sesama osis. Semua orang akan mencoba menghancurkan hubunganmu dan Novan, termasuk anak osis". Betapa horornya isi sms itu? Ratih terus memikirkannya.

sudah berbagaicara mereka mencoba menghancurkan hubungan Ratih dan Novan, namun tidak bisa. Tapi kali ini, mereka meng-upload salah satu foto Novan dengan seorang perempuan disalah satu jejaring sosial. Banyak sekali orang yang berkomentar "Mereka berdua cocok ya? Kenapa gak pacaran aja?"  Dan ada juga yang menyindir Ratih dengan berbicara "Jangan gitu dong, diakan udah punya pacar. Awas pacarnya marah, Hahahahah!". Semua orang selalu membahas itu semua dan semua orang selalu menatap Ratih dengan tampang sinis. "Apa salahku? Mereka memperlakukanku seperti ini. Dia tidak membelaku sedikitpun, dia menghilang meninggalkanku sendiri disini bersama luka ini", Ratih selalu berkata seperti itu ketika melihat semua orang memperlakukannya seperti itu. Dia selalu berdoa agar dia cepat lulus dari sekolah itu dan tidak akan bertemu dengan orang-orang jahat seperti itu lagi.

Tepat dipersimpangan kelas, Novan lari dengan membawa hasil karyanya untuk diberikan kepada Ratih. Dia memanggil-manggil Ratih, namun Ratih sedikitpun tak menoleh. Novan berlari mengejar Ratih, sesampainya didepan Ratih Novan berkata, "Bagus gak?, ini buat kamu Rat. Aku membuatnya sendiri. Kamu sukakan?", dengan bahagianya dia menunjukkan hasil karyanya itu kepada Ratih. Namun Ratih malah membuang muka melihatnya. Novan bingung dengannya, dengan sikap Ratih kepadanya. Ratih tidak pernah seperti ini sebelumnya, pasti telah terjadi sesuatu dengannya.
"Kamu kenapa Rat? Kamu marah sama aku?"
Ratih masih diam saja. Dia malah membalikkan badannya kearah belakang. Novan memegang tangan Ratih sambil berkata, "kamu kenapa? Kamu marah sama aku? Cerita Rat, aku salah apa?". Ratih malah pergi meninggalkan Novan sendiri.

Berkali-kali Novan menghubungi Ratih, namun Ratih tidak menjawabnya. Ratih malah menghilang dari kehidupan Novan. Ratih memang mengetahui akun facebooknya Novan. Siang itu dia tidak sengaja telah membuka akun facebook nya Novan. Didalamnya terdapat pesan dari salah satu wanita dari sekolah lain yang telah lama suka dengannya. Novan merespond pesan dari wanita itu. Ratih melihat dengan jelas percakapan mereka itu sangat mesra. Sudah hancur, makin hancur hati Ratih melihat ini semua. Sungguh mereka semua jahat.

Lagi-lagi Novan menghubungi Ratih namun Ratih tak mengangkatnya. Kali ini Novan menelpon, Ratih mengangkatnya. Novan mengajak Ratih untuk bertemu, dia ingin bertanya mengapa Ratih berubah kepadanya. Namun Ratih malah menolak itu semua. Ratih tiba-tiba marah-marah dengannya. Semua amarahnya yang ia tahan selama ini telah ia lontarkan kepada Novan pada hari itu. Akhirnya kata PUTUS pun dilontarkan Ratih kepada Novan. Teleponpun segera dimatikan oleh Ratih. Novan masih saja menelpon Ratih dan Ratih memilih ganti kartu untuk menghindari Novan.

4 bulan berakhir dengan histeris. Kisah cintanya sangatlah rumit. Ratih sangatlah sabar menghadapi teman-temannya itu. Dia juga mengetahui, selama ini jika ia bercerita tentang Novan, disalah satu dari teman-teman dekatnya itu adalah mata-mata dari anak osis. Dia itu musuh dalam selimut. Dia itu sangatlah pintar bersandiwara. Dia juga yang sudah mengadu domba antara Ratih dan anak-anak osis itu. Dia tembok berbicara. Kelihatannya dia diam, tapi aslinya dia akan berbicara kepada semua orang tentang Ratih dan Novan. Betapa jahatnya dia kepada Ratih, perbuatannya sangat memalukan.

Semenjak mereka putus, mereka hilang kontak. Ratih sengaja membuang kartu teleponnya dan menggantinya dengan yang baru. Hampir 2 minggu mereka putus, Ratih melihat Novan dan wanita yang di pesan facebook itu bermesraan berdua diatas motor. "Yah.. dia baik-baik saja. Dia memang baik-baik saja tanpa aku", Ratih sangat kecewa dengan Novan. Sampai sekarang dia masih memendam sakit itu. Betapa sakitnya 1 sekolah membencinya karena Novan. Tapi Novan tidak pernah mengetahui itu. Yang dia tahu, Ratih meninggalkannya dan menghilang darinya. Padahal teman-temannya yang menyingkirkan Ratih dari Novan. Sampai kapan kejahatan itu terungkap? Semua orang sampai saat ini masih menganggap Ratih yang bersalah. Iya bersalah, dia bersalah. Sampai kapan dia akan benar dan dibela? Sampai kapan kebenaran akan terungkap dan berpihak dengannya? Patah hatinya kini membuat dia semangat dalam menjalani kehidupan dan menghadapi kejamnya dunia ini.
Ingatlah... didunia ini masih banyak orang baik. Mereka semua hanyalah sampah yang tak berguna. Berbuat baiklah kepada semua orang dan jangan menyimpan dendam dengan siapapun, karena semua itu hanya akan memperpanjang masalah saja tanpa menguranginya..

Senin, 21 Desember 2015

Apa Itu CINTA?

Banyak orang yang berkata, Cinta adalah kasih sayang. Tapi didunia ini banyak orang yang sayang tapi belum tentu dia Cinta. Sedikit contoh adalah dalam sebuah persahabatan. Bukankah didalam sebuah persahabatan itu dibutuhkan kasih sayang satu sama lain agar persahabatan itu semakin erat? walaupun begitu, mereka belum tentu Cinta bukan??

Disisi lain banyak juga orang berkata Cinta itu adalah sebuah pernikahan. Yakin pernikahan??.. bukankah didunia ini banyak orang yang melakukan pernikahan bukan karna dasar mereka Cinta?? Tetapi karna ambisi kedua orang tua mereka yang gila harta atau karna perjodohan yang dilakukan untuk mempererat hubungan kedua keluarga?? Yang jelas Cinta bukanlah pernikahan.

Kali ini saya berhasil mewawancarai seorang lelaki dan perempuan. Mengapa saya bertanya *APA ITU CINTA* dengan mereka??, karena saya ingin tahu bagaimana tanggapan mereka tentang semua ini. Mereka sudah mewakili perasaan seorang perempuan dan laki-laki. Yuk mari kita simak selengkapnya bersama mereka.....


#Sebut saja perempuan itu Mawar dan laki-laki itu Boy.

"Apa yang kalian ketahui tentang Cinta?", saya bertanya kepada mereka.

"Cinta itu 5 huruf yang terangkai menjadi 1 kata yang banyak memiliki arti", Mawar menjawabnya dengan lantang.

"Tapi, menurut saya Cinta itu anugrah yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Banyak sekali orang didunia ini yang kurang beruntung. Dan bagi mereka yang sudah beruntung mendapatkan Cinta, mereka lupa akan menjaganya", Boy menjelaskannya dengan penuh keyakinan. *Mungkin dia pernah mengalami jatuh cinta*.

"Apakah kalian percaya kepada Cinta Pada Pandangan Pertama?", saya lontarkan pertanyaan lagi kepada mereka.

"TIDAK, Tidak sama sekali!!". Lagi-lagi Boy menjawab pertanyaan ini dengan nada yang aneh.

"Mengapa?, apa yang mengakibatkanmu tidak mempercayai Cinta Pada Pandangan Pertama?". Tak kalah, saya pun ikut terbawa penasaran akan jawaban Boy tadi.

"Saya tidak percaya dengan Cinta Pada Pandangan pertama, karena itu adalah salah satu Cinta yang hanya sesaat. Namanya juga Cinta Pada Pandangan Pertama, pasti pada pandangan kedua mereka sudah tidak cinta". *Sial Boy menjawabnya dengan candaan*.


Mendengar jawaban Boy tadi, saya malah makin merasa bingung dan tidak mengerti dengan Boy. Rasa ingin tertawa mendengar jawaban Boy yang aneh itu, tapi dia ada benarnya juga.
Karna semua jawaban yang ia berikan mungkin pengalaman dia selama ini. Kita tidak bisa menyalahkan dia. Karna semua orang pasti akan menafsirkan CINTA itu dengan berbeda-beda. Ada yang manis, ada yang pahit, ada yang berwarna, ada yang abstrak dan ada juga yang tidak berwarna. Semua itu tergantung dengan kita, bagaimana cara kita menyikapi dan menghadapi CINTA itu.

Kini giliran saya yang menjelaskan apa itu CINTA.
Berdasarkan pengalaman, Cinta itu memang benar sebuah anugrah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Dan benar juga, bahwa CINTA itu adalah kasih sayang. Dengan Cinta banyak orang yang hidupnya semakin berwarna. Hidup semakin berwarna itu menunjukkan bahwa mereka bahagia dengan CINTA. Tetapi ada juga dengan cinta, hidup seseorang menjadi abstrak bahkan tak berwarna. Semua ini terjadi akibat sakitnya hati karna cinta.
Jangan pernah men-CAP bahwa cinta itu perusak hidup atau sebuah bakteri yang bisa menghancurkan hidup kita. Hanya orang bodoh yang menganggap Cinta seperti itu. Semua itu kembali kepada masing-masing pribadi orang yang menjalankan cinta. Bagaimana tanggapan mereka mengenai cinta dan apa yang harus mereka lakukan agar cinta itu masih ada dan masih bertahan sampai kapanpun...

Itu adalah sedikit wawancara mengenai Cinta dan pandangan cinta menurut saya sendiri. Jika kalian memiliki pendapat yang berbeda, silahkan berikan komentar kalian pada postingan ini.
Terimakasih...

Minggu, 20 Desember 2015

Semangkuk Mie Ayam dan Kenangan Didalamnya

Panasnya matahari mengundang haus dan lapar, aku segera beranjak menuju pangkalan mie ayam milik Pak Kiwil. Disana ramai sekali, banyak orang yang mengantri untuk memesan mie ayam. Memang dari sekian penjual mie ayam, hanya mie ayam Pak Kiwillah yang paling enak. Entah mengapa,rasanya ingin sekali memakan mie ayam itu terus-menerus.
Kebetulan Pak Kiwil memiliki anak laki-laki yang sangat tampan. Banyak sekali wanita yang mengejar-ngejarnya. Bahkan banyak sekali anak-anak SMA didekat daerah situ rela membeli mie ayam hanya karna ingin melihat  dan bertemu dengan Bagas, anak Pak Kiwil. Namun Bagas sangatlah dingin kepada perempuan. Dinginnya sikap Bagas kepada perempuan melebihi dinginnya es batu didalam kulkas. Hahahahaha

Bagas mulai menghampiriku dengan membawa serbet dilehernya. "Kelihatannya ia sangat kelelahan", pikirku dalam hati.

"Maaf mau pesan apa?", tiba-tiba Bagas membangunkanku dari lamunan ini.

Sangat terkejut diri ini melihat Bagas dari dekat. Pantas saja teman-temanku sering membicarakannya, ternyata dia sangatlah tampan. Iya dia tampan, sangat tampan. Jangankan gadis remaja sepertiku ini, mungkin ibu-ibu dan nenek-nenekpun sangat menyukai ketampanannya, pikiran ini selalu dipenuhi oleh Bagas.


"Iya, saya pesan  mie ayam 1, pedas, pakai saos, jangan pakai bawang goreng, dan jangan pakai toge ataupun sayuran yang lainnya ya."



"Baiklah, tunggu sebentar ya.."


Bagas meninggalkan meja makanku dengan senyuman yang manis. "Subhanallah.. kau telah menciptakan makhluk sangatlah sempurna", hati ini terus mengagumi ketampanan Bagas.
Setengah jam aku menunggu, tetapi semangkuk mie ayam itu belum juga datang. Suara cacing-cacing diperut sangatlah berisik. Mungkin, jika suara mereka bisa terdengar oleh manusia, betapa malunya aku ini. Perutku sangat kelaparan. Kulihat Bagas dari jauh sedang berjalan dengan membawa semangkuk mie ayam menuju kearahku. Deg-deg serr rasanya hati ini. Jantung ini rasanya ingin berlari kencang dan berkata "GANTENG PARAH". Hahahaha..
Ada-ada saja aku ini. Seperti orang gila saja.

Hari telah berlalu. Seperti biasa malam ini aku disibukkan dengan tugas sekolahku. Banyak sekali peralatan yang belum aku beli dari toko buku. Sungguh.. aku lupa dengam semua itu. Aku baru saja mengingatnya, ketika salah satu temanku menanyakan peralatan apa saja yang akan dibeli untuk besok. "Astaga... ceroboh sekali aku ini. Bisa-bisa aku dimarahi oleh guru itu jika aku tidak membawanya besok".

Ku gas kencang sepeda motoku melewati pangkalan mie ayam Pak Kiwil. Terlihat jelas disana Bagas sedang membawa-bawa mangkuk kotor. Sesampainya ditoko buku, aku segera membeli semua kebutuhan yang akan dibawa besok dan kembali pulang setelah urusan semua itu selesai.

Hampir 1 minggu aku kenal dengan Bagas. Dia anak yang baik, dia juga anak yang pintar. Betapa sempurnanya dia? Sudah tampan, baik, soleh, pintar lagi. Sepertinya aku menyukai Bagas sama seperti gadis-gadis SMA itu. Betapa banyaknya sainganku untuk mendapatkannya? Sungguh dia itu sudah mengalir dinapasku.

Seperti biasa, sepulang sekolah aku mampir ke pangkalan mie ayam milik Ayahnya Bagas. Disana aku berbincang-bincang dengannya. "kami sangat cocok. Aku nyaman dengannya", lagi-lagi hatiku berbicara. Cuaca mendung membawakan suasana romantis untuk kami berdua. Tak lama hujan lebat turun membasahi pangkalan mie ayam itu. Cipratan-cipratan air hujan mengenai tangan dan kakiku. Tangan Bagas mengusap basahnya cipratan itu ditanganku. Betapa gemetarannya tubuh ini. Seakan semua benda didekat meja makan dan sekelilingnya menjadi saksi untuk kami berdua. "Sungguh, aku telah jatuh hati denganmu Gas..", Mulutku ini memanglah nakal, aku telah mengucapkan itu semua dengannya. Suasana romantis berubah menjadi hancur. Bagas pergi meninggalkanku sendirian dimeja makan itu. "Pasti dia marah denganku, akibat ucapanku tadi", pikirku sangat kesal.

Beberapa hari aku tidak melihat Bagas lagi dipangkalan mie ayam milik Ayahnya itu. Setiap aku kesana, banyak sekali orang yang menanyakan keberadaan Bagas. Namun ayah Bagas hanya menjawab, "Bagas sudah pulang kampung. Dia sudah tinggal bersama ibunya disana". Betapa sakitnya hati ini mendengarnya. "Andai saja aku tidak berbicara seperti itu, mungkin Bagas tidak akan pulang kekampungnya. Bodoh sekali aku ini." Banyak sekali penyesalan-penyesalan yang aku rasakan ini. Sungguh aku tidaklah mengerti dengan semuanya.

Liburan sekolah datang. Dengan sengaja aku pergi ke pangkalan mie ayam Pak Kiwil untuk membeli mie ayam. Ternyata disana terdapat Bagas bersama Wanita cantik memakai gaun putih. Tak sengaja aku mendengar bahwa Bagas berkata dengan ayahnya, jika dia akan melamar gadis itu untuknya. Langkahan kakiku tiba-tiba berhenti. Detak jantungku tiba-tiba terhenti. Napasku tiba-tiba sangatlah sesak. Sekarang aku mengerti, mengapa dia waktu itu pergi meninggalkanku. Ternyata dia sudah memiliki seorang wanita. Aku yang salah. Aku salah, mengapa aku menyukai orang dengan mudahnya. Sampai-sampai aku lupa akan diriku sendiri. Sekarang lihatlah, dia tertawa bahagia dengan gadis itu. Dan aku? Aku disini menangis melihat mereka tertawa..

Sampai saat ini aku masih saja melihat bayangan Bagas ketika aku memakan mie ayam. Bayangan Bagas sangatlah menghantuiku. Aku semakin cinta dengannya. Tetapi dia tidaklah mencintaiku. Dia mencintai gadis lain dan dia juga telah hidup bahagia dengan gadis itu. Tetapi aku disini masih saja mengaharapkan dan memikirkan dia. Bayang-bayangnya sungguh membuatku lelah. Tidak bisa dipungkiri lagi, aku sangat-sangat menyukainya....

Love Bagas :*

Sabtu, 19 Desember 2015

Mawar Putih

sejak usianya yang mulai meranjak dewasa, Dewi sangat nakal dan ceroboh. Dia sangat-sangat berbeda dengan teman sepantarannya. Dia galak, songong, belagu, pemberani dan dia juga banyak sekali memiliki sifat yang jelek. Ayah Dewi sudah meninggal sejak ia kelas 5 SD. 6 tahun setelah kepergian Ayah Dewi, kini Dewi hanya tinggal berdua dengan Ibunya dirumah yang sederhana. Ibu Dewi mencari makan dari cuci gosok yang ia lakukan dirumah-rumah tetangganya. Memang gaji seorang tukang cuci gosok tidaklah besar, tetapi semua itu bisa membantu kebutuhan mereka setiap harinya.

Disekolah Dewi terkenal dengan kelompok genk nya. Dewi bersama teman-temannya membuat genk dengan nama "CewLak". CewLak adalah singkatan dari cewe galak. Yah... galak, sangat galak mereka semua, sampai-sampai banyak siswa-siswi takut dengannya. Setiap mendengar "CewLak" banyak murid yang pergi terkocar-kacir hingga jatuh bangun untuk menghindari Dewi dan teman-temannya. (Sudah terbayang bukan, bagaimana galaknya mereka semua?? Hahahha).

Lisa si anak buta yang selalu di bully oleh Dewi dkk, tidak pernah menyimpan dendam dengan mereka semua, terutama Dewi. Karena Dewi adalah leader dari genk mereka itu. Cacian yang dilontarkan mulut jahat Dewi itu sangat-sangat membuat Lisa merasa sakit hati. Matanya yang tidak bisa melihat itu, kini meneteskan air mata hanya karna cacian itu. "Apa yang dilakukan Dewi kepada Lisa? Kasian Lisa. Dia sangat sedih" banyak orang yang bertanya-tanya seperti itu dibelakang mereka semua.

Pagi ini Dewi berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Tepat ditikungan lampu merah, roda sepeda motor yang dikenakan Dewi tergelincir akibat sisaan air hujan semalam. Tepat dimana Dewi terjatuh, disana terdapat Lisa yang sedang berjalan menuju sekolah. Mendengar suara motor Dewi yang menabrak terotoar, Lisa panik, lalu Lisa tergesah-gesah menghampiri dan memberikan pertolongan kepada Dewi. Bukannya ucapan terimakasih yang Dewi berikan kepada Lisa, malah Dewi mengucapkan bahwa Lisa adalah pembawa sial bagi dirinya. Astagfirullah.... apa yang Dewi lakukan kepada Lisa, sangatlah tak pantas!!.

Dari sudut pojok terdengar langkahan kaki menuju mading sekolah. Itu adalah langkahan kaki Dewi yang dimana diiringi bekasan tanah liat disepatunya. "HAHAHAHAHA DIA CEWE MISKIN YANG BELAGU,TIDAK TAU DIRI, TIDAK PUNYA HATI, BIADAB MULUTNYA ITU". Terdengar jelas sekali di lorong mading itu, bahwa anak-anak sedang mengejeknya dan menertawakannya. Dewi terkejut melihat itu semua. Ia berlari kencang menuju mading.

Sesampainya dimading, tepat depan mading, ia melihat sosok Ibu-ibu dengan mengenakan baju daster sedang mencuci pakaian. Bagaimana dia tidak malu, ibu-ibu itu adalah orang tua Dewi. Suasana berubah menjadi hening, matanya berkaca-kaca, rambut tebalnya berantakan akibat lari tadi. Dia sangat malu melihat itu semua, melihat ibunya dan melihat pekerjaan ibunya.

"Bbrruuukkk"... dia menabrak Lisa. Lisa terjatuh,tongkatnya patah, kakinya keseleo. Namun apa yang dilakukan Dewi?, Dewi malah memarahinya habis-habisan.

"Heh, kalo jalan minggir dong. Udah tau buta, masih aja jalan ditengah-tengah. Emangnya ini jalan punya nyokap-bokap luh?."


"Maaf Wi, aku gak sengaja. Apa kamu terluka?"



"Udah deh gausah sok care sama gue. 

Urusin aja hidup luh sendiri. Belum becus aja masih ngurusin hidup orang. NGACA DONG....!!"

Dewi sangat marah dengan Lisa. Tapi setelah kejadian itu Dewi melanjutkan larinya menuju taman sekolah.
Disepanjang jalan banyak orang yang menertawakannya. Betapa merahnya muka Dewi akibat ejekan-ejekan itu. Betapa kecewanya dia dengan teman-teman sejoli nya itu. "Mereka yang membuat gue kaya gini,bakal gue bales semuanya",sambil menangis Dewi bergemeru.

Lisa menghampiri Dewi ditaman, Dewi segera menghapus air matanya. Lisa sangat mencemaskan keadaan Dewi sekarang, karna dia tahu bahwa 1 sekolah sedang membicarakan keburukan keluarga Dewi. ketika Lisa mendekat, Dewi menjauhinya. Bahkan Dewi malah mendorong Lisa hingga dia terjatuh. Lisa memegang tangan Dewi dengan eratnya sambil berkata "Wi kamu kenapa? Aku sudah tau semuanya yang sedang terjadi dengan kamu. Anggap mereka semua angin. Mereka semua tidaklah penting untuk kita, terutama kamu". Dewi masih saja belagu. Dia tidak mendengarkan perkataan Lisa. Dia malah pergi meninggalkan Lisa.

Jam istirahat berlalu...

Selama jam pelajaran, Lisa tidak mendengar suara Dewi dikelas. Yah... bagaimana dia akan mendengarnya? Jelas-jelas Dewi bolos jam pelajaran. Lisa mencari-cari Dewi hingga keujung sekolah, tetapi dia tetap saja tidak menemukan Dewi disana. Kaki Lisa melangkah kearah atas gedung sekolah, tidak tahu kenapa kakinya melangkah dengan cepatnya.

"Hiks..hiks...hikss.." terdengar suara tangis seseorang. "Suara itu seperti suara Dewi", ujar Lisa. Dia segera menghampiri arah suara itu. Ternyata itu benar Dewi. Dia bolos jam pelajaran hanya untuk menenangkan diri. Bagaimana tidak? Dia sangat tersiksa dengan kejadian itu semua. Tetapi Dewi tidak sadar jika masih ada orang yang sayang dan peduli dengannya.

"Sudahlah Wi jangan menangis. Air matamu sangatlah mahal. Mereka tak pantas mendapatkan ini semua. Percayalah semua ini ada hikmahnya".


"Luh gatau apa yang lagi gue rasain. Luh itu buta, luh itu gabisa liat. Apasih yang luh tau tentang gue, hah? Percuma tau gak, elu itu gak tau apa-apa!"



"Aku tau semua tentang kamu Wi, aku bahkan kenal dekat denganmu". Ujar Lisa sambil memegang tangan Dewi.


"Luh tau semua tentang gue? Luh itu siapa, hah?. Orang tua gue? Nenek gue?atau baby sister gue?. udahlah Sa pergi sono, jangan ganggu gue".


"Aku tau Wi semua tentang kamu. Kamu lupa ya? Dulu kamu itu pernah mengalami kecelakaan  dan mata kamu tidak bisa melihat akibat kecelakaan itu. Kamu lupa sama semua itu? Ingat Wi.... setelah kejadian itu semua, ada gadis kecil yang rela mendonorkan matanya untuk sahabatnya, sahabat yang disayanginya, dan dicintainya. Gadis itu rela berkorban demi kamu, demi masa depan kamu, hingga dia tidak memikirkan masa depannya. Tapi apa? Sekarang gadis itu malah kau caci dan kau maki didepan semua orang. Tetapi, gadis itu tidak memiliki rasa dendam kepadamu. Walaupun dia sakit diperlakukan seperti itu, tetapi dia sangat sabar dengan semua sikapmu kepadanya"



"Maksud luh Sa? Kenapa lu tau semuanya tentang gue? Tentang gadis kecil itu? Luh itu siapa sebenernya?".



"Aku adalah gadis kecil itu Wi. Aku adalah sahabat kecil kamu yang masih bertahan hingga sekarang. Dan tak lupa, aku masih menyimpan setangkai bunga mawar putih yang kau berikan untukku setelah operasi pendonoran mata itu. Aku merasakan kebahagiaan yang sedang kamu rasakan Wi, aku sangat menyangimu seperti saudaraku sendiri".



"Apa??!!!... Maafin gue Sa. Gue emang sahabat yang gapunya rasa terimakasih sama orang. Maafin gue, maafin semua kejahatan yang pernah gue lakuin ke elu".



"aku sudah memaafkannya Wi, sudahlah jangan kau bahas lagi. Ingatlah... seberapa banyak orang yang membencimu, diluar sana masih banyak orang yang menyayangimu. Bukalah mata hatimu dalam jalan kebaikan. Jangan meperbanyak dosa dibumi ini. Semakin kamu berbuat jahat kepada orang lain, semakin banyak Tuhan akan membalas perbuatanmu itu. Berbuat baiklah dalam kehidupanmu Wi, niscahya Tuhan akan meridhoimu. AMIN..."


Setelah kejadian itu semua, mereka bersahabat hingga sekarang. Persahabatan mereka semakin erat setelah kejadian itu semua. Selalu berbuat baiklah kepada semua orang, insya Allah kamu juga akan mendapatkan kebaikannya...

*Ambil hikmahnya yaa dari cerita diatas, semoga bermanfaat😊. Amin..

Jumat, 18 Desember 2015

RAIN

Seperti biasa, pagi hari adalah waktu awal dimana kita akan melakukan atau memulai semua kegiatan. Yah.. kegiatan, kegiatan dimana banyak orang yang mengeluh dengan semua itu. Namun berbeda halnya dengan Serin, gadis cantik yang terkenal dengan rambut pirangnya. Banyak orang yang membicarakan rambut pirangnya yang indah itu. Namun, Serin tidak berbesar hati dengan pujian-pujian yang mereka berikan kepada-nya. Dia hanya tersenyum lebar ketika mendengar itu semua.

Kring...kring...kring... *dering suara hp berbunyi*. Dilihatnya pukul 06:00, namun cuaca sangat mendung dan gelap. Langit terlihat kosong, burung-burung pun tak terlihat. Yah... memang akhir-akhir ini adalah musim hujan. Dimana musim hujan akan membawa pengaruh buruk bagi kita semua yang tidak bisa menjaga kebersihan dan kesehatan badan. Lain halnya dengan Serin, hujan lebat yang mengguyur Ibukota pada pagi itu, tidak membuatnya terhalangi untuk pergi bekerja.

Hujan telah membuat baju yang dikenakan Serin basah kuyup. Terlihat sekali wajah cantik itu berubah menjadi pucat dan rambut indah itu basah terkena air hujan. Lari, lari, lari, dan terus berlari melawan derasnya hujan, walaupun hujan telah mengingatkan dia kepada sosok laki-laki tampan yang memakai kaos hitam. Lelaki itu adalah mantan kekasihnya yang telah pergi meninggalkan dia demi wanita lain. SAKIT... memang rasanya, tapi besarnya cinta Serin kepada lelaki itu, telah memberikan semangat untuk hidup dan berjuang didunia ini. Tak heran jika sahabatnya (Nina) menjuluki Serin sebagai kupu-kupu. Kupu-kupu terlihat cantik dan indah serta mereka terbang dilangit luas dengan tenang walaupun banyak sekali rintangan yang menghalanginya, mereka tetap terbang dengan keplokan-keplokan sayapnya.

Terlihat jelas dari depan pintu itu, bahwa Serin sedang menikmati secangkir teh hangat yang dihidangkan bersama sepotong roti goreng. Bass, mantan kekasih Serin datang menghampirinya dengan membawa setangkai mawar putih kesukaan Serin.

"Hai Rin.. apa kabar? Sudah lama rasanya kita tak pernah berjumpa setelah kejadian dimalam itu".


"Hai Bass.. sudahlah tak perlu dibahas lagi. Aku baik-baik saja disini. Semenjak kejadian itu, aku merasa jika kamu bukanlah milikku seutuhnya. Melainkan sebuah kebahagiaan sementara yang akan hancur dengan begitu saja."



"Percayalah Rin, aku sangat mencintaimu."

"Seharusnya kamu bersama wanita itu, bukankah kamu minggu depan akan menikah dengannya? Aku sudah menerima undangan pernikahan kalian yang kau titipkan dengan Nina, sahabatku."


"Tapi Rin... aku terpaksa melakukan itu semua".



"Sudahlah Bass biarkan aku pergi bebas seperti kupu-kupu"


Serin segera pergi meninggalkan Bass sendirian bersama sisaan secangkir teh miliknya.

Malam mulai larut, Serin belum sampai dirumah. Dia masih dijalan dengan derasnya hujan. Matanya berlinang, pipinya memerah, wajahnya pucat dengan menggenggam sebuah kertas undangan pernikahan Bass dengan Ica. Dia sakit, sangat sakit rasanya. Batinnya tersiksa dengan perih kisah cintanya. Fisiknya tersiksa dengan dinginnya malam dan derasnya air hujan. Sangat terlihat jelas apa yang sedang dialami oleh gadis cantik itu.

Malam ini adalah malah anniversary hubungannya yang ke 5 tahun. Dan besok adalah hari pernikan mereka, Bass dan Ica. 5 tahun yang sia-sia. 5 tahun yang hanya memberikan luka. 5 tahun yang sangat menyakitkan. kenangan 5 tahun itu seakan terhempas oleh angin dengan mudahnya. Tidak ada yang bisa melawannya bahkan mempertahankannya. Hanya bayang-bayang masalalu yang tersisa bersamanya. Banyak orang yang berkata "Dunia sangat luas, masih banyak orang yang lebih baik dari dirinya". Yaa.. semua itu memang benar. Namun hanya dari segi teorinya saja. Bila dipraktekkan sangatlah sulit.

Musim hujan hanyalah membuat Serin mengingat bayang-bayang Bass saja. Muak sudah dengan keadaan yang terjadi. Ingin rasanya ia pergi jauh dan melupakan semuanya disini, namun tidak bisa. Bass, Bass, Bass, dan Bass yang memenuhi pikirannya. Sehingga dia tidak menyadari jika tanpa Bass dia bisa hidup.

Semua manusia pasti pernah merasakan CINTA. Dengan cinta manusia bisa hidup bahagia ataupun sedih. TAPI ingatlah, CINTA sejati tidak akan pernah pergi demi cinta yang lainnya. Seberapa besar ombak yang menerjang, CINTA sejati akan bertahan dan memperjuangkannya hingga cinta itu memberikan kebahagiaan kepada mereka yang merasakannya...

Sabtu, 21 Maret 2015

Sekelumit Manusia dan Cinta Didalamnya


Nita, adalah salah satu mahasiswi cantik yang berasal dari kota Bandar Lampung. Dia sengaja pergi ke Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya disalah satu Universitas yang ada di kota Jakarta.  Dengan membawa bekal 3 stel baju, peralatan tulis dan selembar ijazah SMA yang dia bawa dari kampung halamannya, dia memberanikan diri pergi ke kota Jakarta seorang diri.

Sampai di Jakarta, Nita tinggal bersama teman Ayahnya yang bernama Rahman Sujaja, yang biasa dikenal dengan sebutan Om Maman. Kebetulan, Om Maman ini memiliki seorang putra yang bernama Arif Sujaja. Usia Arif tidak jauh berbeda dengan usia Nita, karena Arif memiliki usian 1 tahun lebih unggul dari Nita. Walupun begitu, Arif tetap sekelas dengan Nita. Hal ini dikarenakan Arif, lelaki tampan kesayangan Om Maman ini pernah tidak naik kelas pada waktu SMP. 

Arif memang masuk kedalam golongan orang-orang tidak pintar, walau begitu Arif tetap menjadi pangerannya para wanita sebayanya. Bukan hanya tampan, tetapi Arif memiliki harta, karena dia memang berasal dari keluarga yang cukup berkelas. Hal ini yang mengakibatkan banyak sekali wanita-wanit yang menyukainya.

Tampan dan kaya raya telah membuat Arif lupa akan hak dan kewajibannya menjadi seorang anak. Arif seperti ini semenjak Ibunya meninggal dunia pada saat Arif kelas 2 SMA. Om Mama seorang pengusaha sukses tidak bisa dan tidak mampu untuk mengurus Arif seorang diri. Mengingat pekerjaan kantornya yang banyak dan tugas seorang Ayah serta ditambah menjadi seorang  Ibu  untuk anaknya ini.

Bukan hanya itu, mengingat usianya yang sudah renta, terlalu sulit untuk menjalankan 3 kewajiban sekaligus didunia ini jika seorang diri. Semenjak Nita tinggal disana, Om Maman merasakan keringanan, karena Nita sering membantu pekejaan rumahnya.
***

Setiap hari Nita pergi kuliah bersama Arif menunggangi sepeda motor miliknya. Arif merasa malu karena setiap hari selalu memboncengi wanita kampung ini. Nita selalu sabar jika Arif sering membentak-bentaknya didepan orang-orang banyak.

Putri, sahabat baik Nita sering sekali memberi nasihat kepada Nita, jika perlakuan Arif kepadanya sudah melampaui batas wajar. Karena Nita sering diperlakukan seperti hewan didepan teman-temannya. Walau begitu, Nita tidak pernah melawannya. Bukan karena takut, melainkan Nita sudah menganggap Arif dan Om Maman ini seperti keluarga keduanya. Begitu juga pesan kedua orangtuanya yang berada di kampung.

Tian, lelaki cupu yang selalu ada disamping Nitapun memberikan nasihat yang sama kepada Nita. Nita hanya tersenyum melihat  kedua sahabatnya ini sangat memperdulikannya. Walau begitu, Nita tetap saja tidak mau melawan apa lagi sampai melukai Arif ataupun Om Maman. Karena dia tahu akan balas budi kepada keluarga Om Maman.
***

Seiring waktu berjalan, Arif yang memiliki kepribadian seperti lelaki pecundang ini tiba-tiba memperlakukan Nita seperti ratunya. Entah setan apa yang telah merasuki akal dan pikirannya, sampai-sampai dia sendiri rela berkorban untuk Nita. Dulu, Nita seperti budaknya, namun sekarang Nita seperti ratunya. Iya ratu, seorang ratu untuk Arif.

Melihat kedekatan Nita dengan Tian, Arif cemburu. Tian, lelaki cupu ini sengaja memperlihatkan rasa peduli dan perhatiannya untuk Nita didepan Arif. Dengan gagahnya, Arif menarik tangan gadis kampung ini serta membawanya pergi dari Tian.

“aw...aw...aw”, suara kesakitan dari bibir Nita. Arif tidak memperdulikan suara itu. Arif tetap saja melangkah sambil menggandeng tangan gadis kampung ini menuju taman kampus. Kebetulan disana terdapat Putri yang sedang duduk sendiri sambil menikmati manisnya permen karet. Dengan rasa herannya Putri bertanya “ada apa ini, Nita.. kamu kenapa?”. Nita tidak sempat menjawab pertanyaan Putri tadi, karena Arif masih menarik tangannya dengan kencang. Dengan rasa khawatir akan sahabat baiknya ini, Putri diam-diam mengikuti langkah kaki Arif.

“duduklah”,  (dengan rasa kesal, Arif mempersilahkan Nita duduk).

“i..i...iya!”, (Nita menjawabnya masih dengan nada terbata-bata).

“sudah berkali-kali kukatakan, jauhkan lelaki cupu itu”, (Arif sedikit membentak Nita).

“lelaki cupu? Maksudmu Tian?”, (dengan rasa bingungnya Nita masih menanyakan maksud dari pertanyaan Arif).

“iya Tian. Jika kamu tidak menjauhinya, aku sendiri yang akan memberikan perhitungan kepadanya”, (sedikit ancaman kepada Nita).

ba...ba..baiklah, aku akan menjauhinya”, (dengan wajah polos, Nita meng’iyahkan apa yang 
diucapkan Arif tersebut).

Dengan cepatnya Arif meninggalkan Nita sendiri di taman. Tidak lama kemudian Putri menghampiri Nita dengan membawa banyak pertanyaan untuknya. Belum sempat melontarkan pertanyaan, Nita sudah berkata “sudah jangan bertanya, aku tidak mau diganggu. Cepat tinggalkan aku sendiri”. Dengan herannya Putri Mendengar ucapan itu dari mulut Nita. “lhoo.. ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?”, dengan rasa yang mengganjal dihati, Putri bergegas meninggalkan Nita sendiri di taman.

Dengan rasa paniknya, Tian berlarian mencari-cari Nita. Disetiap tempat yang sering Nita kunjungi di kampus itu, Tian tidak menemukannya. “apa yang sedang terjadi antara Arif dan Nita”, pikir Tian dengan kepo sambil mencari-carinya.

Bbbrrruukkk...

Tian dan Putri saling bertabrakan. Mata Putri berbinar melihat kedua mata Tian yang dilindungi kaca mata itu. sambil melamun, Putri memperhatikan Tian dari ujung kaki sampai kepala.

Hey, syuuutttt....

Tian berusaha membangunkan Putri dari lamunannya. Dengan rasa malu putri menundukkan kepalanya dan berkata “maaf aku tidak sengaja”. Belum sempat menjawab pertanyaannya, Nita datang sambil menangis menghampiri Tian.

Tian, lelaki cupu ini memberikan rasa pedulinya kepada Nita. Tian memang sangat peduli kepada Nita. Sudah cukup lama Tian menyukai Nita. Namun, Nita sendiri tidak mengetahuinya. Dia malah menganggap Tian ini seperti kakaknya.

Melihat itu semua Putri dengan cepatnya meninggalkan mereka berdua. Putri cemburu, dia memang cemburu. Diam-diam Putri mengagumi sosok Tian yang baik hati ini. Namun apa daya Tian menyukai Nita, sahabatnya. Dengan rasa kesal dan gelisah menahan amarah serta rasa sakit hati yang dia derita, Putri mulai menjauhi sahabatnya itu. Nita mulai merasakan keanehan pada sosok Putri yang mulai berubah.
***

Tepat pada malam minggu, Arif mengajak Nita makan malam diluar. Dengan menggunakan baju sederhananya, Nita tampil begitu cantik. Arif baru menyadarinya, jika selama ini Nita memang gadis kampung yang cantik. Dia juga berfikir tentang perasaannya itu, jika dia memang benar-benar menyayangi Nita lebih dari seorang teman maupun kakak adik dalam sebuah keluarga. Dengan membawa sebuah cincin yang dia beli di toko bersama Ayahnya itu, Arif memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Nita, serta mengajak Nita untuk bertunangan.

Nita tiba-tiba syok melihat apa yang sedang terjadi pada malam itu. Dia bingung apa yang harus dia lakukan pada saat itu. Harus senangkah atau harus menangiskah yang harus dia lakukan. Nita diam-diam juga menyimpan rasa kepada Arif, namun dia takut jika Arif hanya bermain-main dengan ucapannya itu.

Kini malam mulai larut, Nita mengakhiri keheningan malam itu dengan cara mengajak Arif untuk pulang kerumah. Dengan rasa sedikit kecewa, karena Nita tidak menjawab pertanyaannya itu, Arif meng’gass mobilnya hingga melaju sangat kencang. “Hal bodoh apa yang sudah aku lakukan? Dia pasti membenciku sekarang!!”. Disepanjang jalan Arif masih memikirkan hal itu.

Sesampainya di rumah, Nita sedikit memberikan senyuman untuk Arif ketika ingin masuk kedalam kamarnya. Arif membalasnya dengan senyuman ragu. Senyumnya, wajahnya, cara bicaranya, serta lantunan nada leluconnya telah membuat Arif tidak nyenyak tidur pada malam itu.
***

Pagi ini Tian juga menyatakan cintanya kepada Nita. Namun Nita dengan lantang nya berkata Maaf aku menyukain laki-laki lain.

“Laki-laki lain?. Maksudmu Arif, Laki-laki yang selama ini melukaimu?”. (Tian tercengang dengan jawaban Nita).

“Iya Arif. Semalam dia memberikanku sebuah cincin dan dia mengajakku untuk bertunangan. Namun aku belum menerimanya, aku masih bingung”. (Nita menjelaskan semuanya).

“Bingung? Kenapa harus bingung, bukankah kamu mencintainya juga?. Jika memang benar, terimalah dia Nit”. (Tian berusaha bersikap gentel layaknya seorang laki-laki yang rela luka hatinya untuk wanit yang dia sukai).

Tian baru menyadarinya, jika cintanya kepada Nita memanglah salah. Seharusnya dia tidak menyatakan itu semua, karena hal ini hanya menambahkan beban pikiran Nita saja. Dengan rasa kecewa, Tian meninggalkan Nita sendirian ditaman.

Dihari yang sama dan diwaktu yang berbeda, Putri juga memulai menyatakan cintanya kepada Tian. Sebenarnya apa yang dilakukan Putri memanglah bodoh, menyatakan cinta kepada seorang laki-laki. Hal ini sangatlah jarang dilakukan oleh seorang wanita.

Tian tidak menyangka jika selama ini Putri menyukainya. Serta tatapan matanya yang waktu itu menunjukkan segala perasaannya. “huh......dunia ini memang sempit”, pikir Tian dalam hati.
***

Seiring waktu bejalan, mereka semua menjalani kehidupan seperti biasanya. Nita dan Arif telah melakukan sebuah pesta tunangan, Tian dan Putri telah melakukan pendekatan satu sama lain.

Kisah ini memanglah rumit jika kita sendiri yang terlibat didalamnya. Kita pasti bingung harus memilih siapa dan apa alasannya kita telah memilihnya. Namun, jika semua itu kita hadapi dengan sikap positif, sabar dan dewasa dalam berfikir maupun melakukan sebuah tindakan, pasti permasalahan ini akan mudah terselesaikan tanpa ada satupun luka yang berbekas dihati, karena hidup adalah sebuah pilihan. Harus ada yang dipilih dan harus ada yang dikorbankan karena tidak terpilih.

Kamis, 19 Maret 2015

Selembar Surat Kenangan


Malam ini hujan turun lagi. Tak lupa kututup jendela kamar dan ruang tamu yang ada dirumahku.Tak lupa juga pintu rumah yang selalu  terkarut dengan rapatnya.
Diluar sana, angin bertiup dengan kencangnya, seakan menggoyangkan pepohonan yang ada. Kini, waktu sudah larut malam, dimana saatnya untuk meletakkan badan diatas kasur untuk beristirahat.

Tok..tok..tok...

Terdengar seperti ada orang yang mengetuk-ngetuk pintu depan. Kuingat kedua orang tuaku sedang pergi kerumah nenek, Kini hanya aku saja yang ada dirumah ini. Lantas? siapa yang mengetuk-ngetuk pintu? Apakah tamu? Tetapi, malam-malam gini mana ada orang yang bertamu? (terlintas rasa mustahil dipikiranku).
Ketika kubuka pintu depan, ternyata tidak ada orang diluar sana. “ohh mungkin hanya orang iseng, ataupun tiupan angin yang kencang” pikirku dengan cepat dan bergegas ke kamar untuk tidur.

Bbrruuukk..

Kututup pintu kamar dengan kerasnya. Tiba-tiba, kotak kecil dari atas pintu jatuh kelantai. Akupun bingung akan kotak ini, siapa yang telah meletakkan kotak berwarna merah dengan tali pita diatas pintu kamarku? Apa mungkin ini punya Ibu?. Akan kutanyakan pada Ibu besok, jika Ibu sudah pulang dari rumah nenek.

Malam ini aku tidak bisa tidur. Tak lupa kotak merah tadi, kuletakkan diatas meja belajarku. Kutunggu-tunggu kedatangan Ibu dan Ayah pada malam ini. Namun, mereka belum juga sampai..
Rumah kini terasa hening ketika semua penghuninya sedang pergi. Rasa takut muncul ketika malam mulai larut. Kutelepon Ibu, namun Ibu hanya mengatakan “sebentar lagi Ibu sampai dirumah”. sudah 1 jam aku menunggu Ibu dirumah, namun tak sampai-sampai juga mereka dirumah.

Sekitar jam 12 malam, Ibu sampai dirumah bersama Ayah. Setelah mencium tangan mereka, aku segera berlari ke kamar untuk mengambil kotak berwarna merah dengan tali pita itu, lalu menanyakannya kepada Ibu.

Ketika kutanyakan kepada Ibu, Ibu malah menjawabnya “tidak tahu, Ibu hanya menemukan kotak itu 2 minggu yang lalu di teras rumah. Ibu pikir ini milikmu San? Makanya Ibu taruh kotak ini di kamarmu”.

Lantas ini punya siapa? Dan untuk siapa? Aku benar-benar tidak mengetahuinya. Karena di kotak ini tidak ada nama pengirim dan orang yang ditujunya. Aku segera masuk ke kamar. Dengan rasa penasaran, kuletakkan kotak itu diatas kasur.Kulihat lagi kotak itu dengan perlahan-lahan. Bola mataku tak kuasa melihat kotak itu. rasanya ingin aku buka.  

“Akan aku buka kotak ini” pikirku. Disetiap jari-jari tangan ini membuka bungkusnya, tak lupa selalu aku ucapkan “bissmillah hirrahman nirrahim” agar aku selamat, jika isi kotak ini berbahaya.

Ketika kubuka, ternyata kotak ini berisikan sekuntum mawar merah, tak lupa foto-foto dan sebuah surat yang  sangat rapih dengan menggunakan tinta berwarna hitam.
Kuambil mawar itu, namun mawar ini telah layu. "Mungkin sudah terlalu lama, kurang lebihnya hampir 2 minggu berada didalam kotak ini", Pikirku.

 Tak lupa kulihat foto-foto yang ada didalam kotak ini. Ternyata, ini adalah foto-fotoku sewaktu SMK. “siapa yang telah mengirim kotak ini? Apa mungkin temanku sewaktu SMK” segala pertanyaan muncul di dalam hati ini, seakan-akan menutup kesunyian dimalam itu.

Akibat kebanyakan memikirkan “siapa pengirim kotak ini” aku hampir saja melupakan sebuat surat yang ada di dalamnya.
Kuambil selembar kertas itu dan kubawa kedepan jendela kamar untuk kubaca.

Hay San, apa kabar? Sudah lama kita tidak pernah bertemu. Kira-kira sudah  2 tahun lamanya, semenjak acara kelulusan pada malam itu. Kulihat waktu itu, kau mengenakan gaun berwarna merah. Rambutmu selalu diurai dengan menggunakan pita kecil diatasnya (agar sedikit menghiasi rambutmu). Hal itu selalu kuingat, karena itu merupakan ciri khasmu sewaktu kamu masih sekolah.

Dari kejauhan, selalu kuamati dirimu. Nampaknya, dirimu telah membawa diriku ini untuk mengenal jauh tentangmu. Namun, mulut ini tak berdaya. Ketika aku tidak sengaja menabrakmu di dekat meja makan. Aku ingin sekali mengungkapkan rasa cinta ini. Namun, lagi-lagi mulut ini tak berdaya, ketika aku melihat kedua matamu yang indah itu.

Kini aku melanjutkan kuliah di Australia. Aku sengaja mengirimkan surat ini kerumahmu, ketika aku berkunjung ke Indonesia menemui nenek yang sedang sakit.

Bagaimana kabarmu sekarang? Aku akan menemuimu ketika aku sudah lulus kuliah. Aku akan datang bersama kedua orangtuaku ke rumahmu, untuk melamarmu .

Simpan baik-baik surat ini ya, selalu menjaganya dan merawatnya agar tidak lesu dan tidak hilang.
 Selamat tinggal dan sampai jumpa..."

                                                                                                                                         Roy Lesmana

Ketika kubaca surat itu, ternyata surat itu untukku dari Roy, teman waktu SMK. Aku memang jelas masih teringat kejadian malam itu, ketika acara perpisahan disekolah. Roy tidak sengaja menabrakku dan dia juga menolongku, serta mengantarku sampai rumah.

Kuingat-ingat...  dulu aku pernah menyukai Roy. Iya aku menyukainya, sangat-sangat menyukainya. Namun, aku tidak berani menyatakannya, karena aku perempuan. Aku ingin dia yang memulainya, memulai menyatakan cintanya kepadaku. Namun telah lama kutunggu, dia tidak menyatakan itu semua.

Bertahun-tahun lamanya aku memendam rasa cinta ini, sampai-sampai aku sendiri  lupa akan cinta itu dan kenangan itu seiring jalannya waktu. Kini, dia datang lagi dengan membawa kehidupannya dimasa yang akan datang.

Segala pemberian Roy, telah mengingatkanku diwaktu SMK dan Semua kenangannya, dimana aku dan Roy selalu mencuri-curi perhatian satu sama lain. Sampai sekarang aku telah menantinya, tidak lupa kotak dan semua isinya akan kusimpan selalu di kamarku hingga saatnya nanti aku dan Roy dipertemukan.

Selasa, 17 Februari 2015

Penyesalan Diujung Sebuah Kehidupan (PDSK)

Dari kecil, Nadia sudah ditinggal sendirian dirumah bersama pembantunya. Kedua orangtuanya selalu sibuk dengan pekejaannya, sampai-sampai mereka lupa dengan hangatnya berkumpul bersama dengan keluarga.

Nadia merupakan anak satu-satunya dari sepasang suami istri yang tinggal di Jl. Raya Teluk Gong Rt 07 Rw. 09. Nadia memang cantik, kaya raya, sopan santun, ramah, mengerti agama dan pintar. Tetapi itu hanyalah dulu, sewaktu Nadia masih duduk dibangku SMP. Sekarang, semenjak kedua orangtua Nadia sibuk dengan urusan kantornya, Nadia menjadi terlantar dan tidak keurus. Maksudnya terlantar bukan karena Nadia tinggal di jalanan, namun Nadia kurang perhatian dan kasih sayang dari seorang Ayah dan Ibu.

Sewaktu Nadia duduk dibangku SMK,dia selalu iri dengan temen-temannya. Teman-teman Nadia selalu diantar jemput dan selalu dibawakan bekal nasi oleh Ibu mereka, namun semenjak kedua orangtua Nadia sibuk dengan pekerjaannya, yang selalu mengantarkan Nadia ke sekolah adalah Pak Tejo, supir keluarga Nadia. Dan orang yang selalu membawakan bekal nasi hanyalah Mbok Minah, Seorang pembantu yang telah mengurus Nadia dari kecil. Hanya Pak Tejo dan Mbok Minah lah yang selalu ada dimanapun Nadia berada.

Ketika Nadia duduk dibangku SMK, hampir tiap malam Nadia menangis di dalam kamar. Nadia selalu memanggil-manggil nama Ayah dan Ibunya, namun yang selalu datang hanyalah Pak Tejo dan Mbok Minah. Ketika Nadia menangis, mbok Minah dan Pak Tejo  tidak tega melihatnya. Mereka berdua sudah menganggap Nadia seperti anaknya sendiri. Karena sepasang suami istri ini sudah lama menikah, namun tidak mempunyai keturunan.

Di umur Nadia yang genap 17 tahun ini, Nadia merencanakan sedikit pesta dirumahnya. Sekitar jm 9 malam, kedua orangtua Nadia belum pulang kerja. Nadia telah menunggu kedatangan Ayah dan Ibunya itu sampai dirumah. Namun, sampai jm 12:00 malam, kedua orangtuanya belum juga sampai dirumah. Nadia tetap menunggu kedatangan mereka di ruang tamu dengan menggunakan baju tidur dan membawa segelas air putih dari dapur.

Hari ini hari minggu, ketika Nadia membuka kedua matanya, ternyata Nadia sudah berada di kamar. Terbesit pikiran “akankah Ayah dan Ibu sudah pulang?”. Bergegas cepat-cepat Nadia menuju kamar kedua orangtuanya itu. Namun, yang dilihatnya adalah sebuah ruangan rapih, bersih dan wangi yang sudah lama tidak ada yang menempati. “apa ayah dan ibu semalam tidak pulang lagi ke rumah?” dengan muka bete Nadia menghampiri mbok Minah didapur.

“mbok, apa ibu dan ayah semalam tidak pulang lagi?” tanya Nadia dengan wajah kesal.

“semalam ibu telepon, katanya Ibu dan Tuan ada pekerjaan diuar kota untuk beberapa minggu ini, memang nya kenapa ndok?” mbok minah menjawab pertanyaan Nadia sambil membuatkan sarapan pagi untuk Nadia.

“enggak papa mbok, aku Cuma kangen dengan ayah dan ibu. Sudah lama aku tidak melihat wajah mereka dan sudah lama juga aku tidak merasakan belaian tangan mereka yang penuh dengan kasih sayang” Nadia menjawab pertanyaan mbok Minah dengan meneteska air mata.

“sudah ndok, kan ada mbok dan Pak Tejo yang selalu ngejagain kamu. Kami berdua sudah menganggap kamu seperti anak sendiri” Mbok Minah segera memeluk Nadia, karena Nadia sangat kesepian ditinggal kerja oleh kedua orang tuanya.

Rencana kecil Nadia itu seakan-akan hilang diterpa angin, ketika mendengar bahwa kedua orang tuanya pergi ke luar kota. Nadia hanya bisa menangis dan terus menangis dengan kondisinya seperti ini. “mengapa kau memberikan cobaan kepadaku ya Allah. Mengapa kau memberiku takdir untuk hidup di keluarga yang seperti ini. Kini aku sangat terpukul, karena kedua orang tuaku tidak menyayangiku lagi. Akankah ini azab dari-Mu? Sungguh aku membenci semua kondisiku sekarang ini”. Nadia selalu mengucapkan kata-kata itu disetiap waktu.

Ketika Nadia lulus SMK dan Nadia masuk kuliah. Kedua orang tua Nadia masih saja seperti itu, pulang malam pergi pagi. Sampai-sampai, Nadiapun lupa akan wajah mereka. Mungkin, dulu ketika Nadia masih kecil, Nadia masih bisa menerima kondisi keluarganya. Namun, setelah Nadia semakin besar, serta  Mbok Minah dan Pak Tejo pulang ke kampung, akibat sudah terlalu lelah untuk bekerja, Nadia berubah menjadi pemberontak. Nadia yang dulu berubah menjadi Nadia yang sekarang.
Semenjak Mbok Minah dan Pak Tejo pergi meninggalkan rumah besar itu, Nadia tidak ada yang mengurus. Kedua orang tua nya sangat-sangat sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai Nadia pulang malam dan keluar masuk tempat malampun kedua orang tuanya tidak mengetahui. “Betapa ceroboh dan lalainya mereka menjadi seorang ayah dan ibu, sampai-sampai kelakuan anaknya saja mereka tidak tahu” ucap salah satu tetangga Nadia.

Setiap malam Nadia selalu di jemput oleh laki-laki dengan mengendarai sebuah mobil berwarna hitam. Lelaki itu adalah Rudi, kekasih Nadia. Rudi selalu menjemput Nadia seusai adzan maghrib di masjid, dan Rudi selalu mengantarkan Nadia pulang kerumah ketika adzan subuh. Hal seperti ini selalu mereka lakukan setiap harinya.

Hari ini hari sabtu, dimana kalender menunjukkan hari ini tanggal merah. Ayah dan ibu Nadia kebetulan tidak bekerja. Niat baik kedua orang tua ini adalah, menghabiskan waktu liburan dirumah bersama anaknya, Nadia. Namun, semua itu sirnah begitu saja, ketika dia mengetahui kalau anak perempuannya belum pulang kerumah.  Ditunggunya dari pagi sampai ketemu malam lagi, namun Nadia belum juga pulang kerumah. Kedua orang tua ini hanya mendapat telepon dari Nadia, bahwa dia sedang menginap dirumah temannya, Silvi namanya. Kedua orang tua ini sudah tidak merasakan kecemasan ketika Nadia sudah memberikan kabar.

Kedua orang tua ini tidak mengetahui, bahwa kabar yang barusan mereka dengar tentang anaknya itu,  hanyalah kabar bohong. Karena sebenarnya anak mereka sedang berada di hotel bersama kekasihnya, yaitu Rudi. Nadia dibawa kehotel karena dia sedang mabuk, dia tidak berani pulang kerumah, karena dirumah ada ayah dan ibunya. Nadia takut dimarahi oleh orang tuanya itu jika tau kalau dia mabuk dan diantar kerumah malam-malam dengan laki-laki.

Hari sudah pagi, Nadia masih tertidur lemas diatas kasur. Dilihatnya Rudi berada di sampingnya. Gadis remaja ini lekas membersihkan badan dan pergi kuliah. Karena sudah banyak sekali dia absen bolos kuliah.

Ketika sampai, Nadia bergegas ke kalas nya. Disana dia sudah ditunggu oleh dosen mata kuliah IPS. Dosen ini sangat terkenal akan galaknya. Ketika sampai dikelas, Nadia di panggil dosen ini untuk pergi keruangannya. Dosen ini kelihatannya sangat marah sekali dengan absen nya Nadia. Karena disetiap mata pelajarannya, Nadia tidak pernah masuk. Selama 1 semester, Nadia hanya masuk 4x dalam mata kuliah IPS. Betapa marahnya dosen ini melihat kelakuan Nadia. Nadia hanya terdiam, dia tidak bisa melawan ataupun mengelak. Mulutnya serasa di beri lem mendadak, karena dia sama sekali tidak bisa menjawab segala pertanyaan dosen itu.

“ hampir lama Nadia berada didalam ruangan dosen itu, sebenarnya apa yang sedang terjadi?” tanya Silvi, salah satu kerabat dekatnya Nadia kepada teman-teman yang lainnya. Namun mereka semua hanya menggeleng-gelengkan kepala saja, karena mereka semua tidak mengetahui kejadian sebenarnya.

Akibat kejadian ini, dosen tadi memanggil kedua orang tua Nadia untuk membicarakan masalah ini. Betapa marahnya ayah Nadia, ketika dosen itu memberi tahu, jika Nadia sering membolos kuliah. Orang tua ini sangat-sangat marah kepada Nadia, sampai-sampai Nadia di pukuli diruangan dosen itu. jerit tangis kesakitan selalu di ucapkan gadis ini disetiap pukulan yang di berikan kepadanya.

“ayah dan ibu selalu bekerja keras untuk kamu, tetapi kamu malah mengecewakan ayah dan ibu” 
Lelaki tua itu mengucapkannya dengan nada keras dan emosi.

aku tidak butuh uang kalian, harta kalian dan semua kemewahan kalian yang kalian berikan kepadaku. Aku hanya membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah dan ibu, yang selalu kalian berikan sewaktu aku masih kecil. Dan sekarang, kalian hanya memberikan kesibukan dan dunia yang seperti neraka ini kepadaku”

Nadia menjerit dan menunjuk-nunjuk kedua orangtuanya serta membalas ucapan ayahnya tadi.
Dosen itu merasa kaget dengan apa yang dialami Nadia. Dia tidak menyangka jika Nadia seperti ini. Dosen itu pikir, Nadia sangat bahagia dengan segala kekayaan yang telah diberikan oleh kedua orang tuanya. Namun, pikiran dosen itu salah. Nadia sangat membenci dunianya. Bahkan Nadia juga membenci kedua orangtuanya.

Dengan kesalnya Nadia langsung pergi dari ruangan dosen itu dengan meninggalkan kedua orang tuanya itu. Nadia mengunjungi tempat dimana dia selalu menghabiskan malam bersama Rudi, yaitu disalah satu tempat malam yang berada di dekat kampusnya. Disana Nadia tidak melihat Rudi,  yang dilihat hanyalah teman-teman Rudi yang sedang asyik dengan wanita-wanitanya.

Sambil meminum anggur merah, Nadia menghembuskan asap rokok dari mulut dan hidungnya. Dia menunggu Rudi, kekasihnya. Namun, rasa tidak enak terasa di perutnya. Rasa mual-mualpun muncul. Gadis dengan menggunakan dress ini segera berlari menuju kamar mandi. Dikeluarkan semua rasa mual-mualnya itu di toilet. Namun, gadis ini hanya mengeluarkan sedikit cairan-cairan dari mulutnya.

Nadia pulang kerumah dengan kondisi mabuk sekitar jam 2 malam. Dia pulang sendirian tanpa ada yang mengantarnya. Ketika ibu Nadia membukakan pintu, ternyata ibunya langsung syok melihat kelakuan anaknya selama ini. Ternyata Nadia setiap hari suka keluyuran sampai jam segini.Tanpa sadarnya, Nadia telah mendorong ibunya dan masuk ke kamar.

Keesokan harinya, Nadia merasakan mual-mual lagi. Dia heran, semenjak kejadian pada malam itu, Nadia sama sekali belum datang bulan. Dia takut jika terjadi sesuatu kepadanya. Segera pergi dia ke kamar mandi dengan membawa gelas dan alat pengecek kehamilan. Dan ternyata, Nadia positif hamil.

Jerit tangis gadis usia 19 tahun ini ketika mengetahui bahwa dia hamil. Terdengar dari rumah besar ini tangisannya. Kedua orang tua Nadia berlari ke kamar mandi, ketika mereka mendengar pecahan kaca dan jeritan tangis kesakitan Nadia. Dihampirinya langsung ke kamar mandi, dimana Nadia sedang mengurungkan diri.

Semakin lama, malah semakin terdengar suara jerit kesakitan Nadia, ayah Nadia panik takut anaknya terjadi apa-apa di dalam. Dengan jentel nya, lelaki tua ini mendobrak pintu kamar mandi dengan sekuat tenaga. Ketika pintu sudah terbuka, perempuan dan laki-laki yang sudah mulai tua ini melihat anaknya sedang mencoba bunuh diri. Kedua orangtua ini melihat anaknya menggenggam sebuat alat pengecek kehamilan, ketika dilihat ternyata anaknya ini positif hamil. Betapa hancurnya hati seorang ibu ini, saat melihat anaknya sudah mengandung akibat kenakalan yang sudah diperbuat. Si ibu langsung pingsan melihat semua kondisi ini. Si ayah langsung membawa si ibu pergi ke kamarnya.

Melihat kondisi ayah dan ibunya yang sudah semakin tua itu, Nadia sangat-sangat kecewa. “Apa yang sudah aku lakukan selama ini. Betapa kotor nya aku sekarang ini. Harapanku, harapan kedua orang tuaku dan semua cita-citaku, kini hancur sudah. Semua ini hancur karena diriku. Diriku yang tak pernah bisa menjadi orang baik, diriku yang tak pernah bisa untuk menjadi apa yang orang tuaku inginkan. Andai, aku selalu menaati perintah dan larangannya, pasti aku tidak mungkin seperti ini. Aku benar-benar bodoh sekali, karena aku sudah menjadi seperti ini”.

 Lagi-lagi hanya menangis, menangis, dan menangis yang Nadia lakukan. Banyak sekali penyesalan yang selalu dia lontarkan di depan ayah dan ibunya itu. “namun, nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur itu, sudah tidak bisa berubah menjadi nasi lagi. Walaupun bisa, tidak akan sempurna seperti sedia kala”. Ucap ayah satu anak ini dengan nada emosi.

Nadia berusaha mencari-cari Rudi, namun dia tidak pernah menemukan Rudi. Kini usia kehamilannya sudah menginjak 4 bulan. Kini perutnya pun sudah mulai membesar. Betapa malunya keluarga ini menanggung semua beban penderitaan, ejekan dan hina’an semua orang akibat ulah anaknya.

Ketika kandungan Nadia berusia 7 bulan, Nadia bertemu dengan Rudi. Dilihatnya lelaki yang sudah menghabiskan dia dimalam itu, sedang bersama perempuan lain. Ditamparnya pipi kiri laki-laki itu dengan tangan kanan Nadia. Namun, lelaki itu malah menganggap Nadia orang gila. “bagus, bagus sekali kamu sekarang Rud. Dulu, kamu bersamaku. Sekarang bersama perempuan ini” sambil mendorong badan perempuan cantik yang sedang bersama Rudi.

Rudi malah mendorong Nadia, dan dia pun terjatuh di badan jalan. Ketika dia jatuh, dari arah selatan terdapat mobil dengan laju cepat dan menabraknya begitu saja. Dengan badan yang berlumur darah, wanita malang ini dibawa kerumah sakit oleh warga sekitar.

Sesampainya dirumah sakit, nyawa anak yang dikandungnya sudah tidak terselamatkan. Kedua orangtua Nadia bersama mbok Minah dan pak Tejo segera mendatangi Nadia dirumah sakit. Wanita malang ini sempat tersadarkan diri, ketika kedua orangtuanya dan kedua orang yang selalu mengurusnya diwaktu kecil itu hadir disamping dia.

“ibu, ayah.. maafin Nadia. Nadia benar-benar telah membuat dosa yang sangat besar kepada ibu dan ayah. Maafin Nadia juga tidak bisa menjadi anak kebanggaan ibu dan ayah, maafin Nadia sudah jadi anak durhaka dan beban dikeluarga ini. Sekali lagi Nadia meminta maaf kepada ayah dan ibu. yang Nadia butuhkan sekarang, adalah ridho dan keikhlasan ayah dan ibu, agar Nadia bisa hidup tenang di alam sana” 
Sambil terbata-bata wanita ini meminta maaf kepada orangtuanya.

“mbok, pak.. tolong jagain ibu dan ayah ya. Jangan sampai ibu dan ayah sakit karena kelelahan kebekerja. Selalu rawat ibu dan ayah sebagaimana kalian dulu merawat saya. Sekali lagi, tolong jagain ayah dan ibu, agar aku bisa tenang di alam sana”

Setelah mengucapkan pesan ini, Nadia merasa kesakitan. Dia sakit, karena malaikat ingin mencabut nyawanya. Kedua orangtua Nadia membisikkan kalimat syahadat ke bagian kuping anaknya itu. perlahan-lahan Nadia mengikutinya. Berkali-kali Nadia mengucapkan syahadat dan menyebut-nyebut nama Allah dari mulutnya itu dengan terbata-bata. Pas yang ke 10x, Nadia menghembuskan napas terakhirnya dirumah sakit itu. semua orang menangis akibat kepergian Nadia.

Seusai pemakaman Nadia, mbok Minah menemukan selembar kertas dengan tulisan yang tergeletak di atas meja kamarnya Nadia.

“ayah, ibu, mbok minah, pak tejo.. jaga diri kalian baik-baik ya. Sebelum Nadia pergi mencari Rudi, Nadia menuliskan surat ini untuk kalian semua. Maafkan Nadia sudah merusak semua harapan kalian termasuk ayah dan ibu.  Nadia bangga sama kalian berdua, kalian sudah menjadi seorang ayah dan ibu yang baik untuk Nadia. Nadia sadar, selama ini kalian berdua sangat menyayangi Nadia dengan cara, mencari uang untuk membiayai semua kehidupan Nadia.
Untuk mbok minah dan pak tejo, Nadia mengucapkan banyak-banyak terimakasih, karena kalian berdua sudah bersusah payah mengurus Nadia dan mangapdi pada keluarga ini. Walaupun gajih kalian berdua tidak seberapa dibandingakan pengorbanan kalian untuk keluarga ini.
 Sekali lagi Nadia ucapkan terimakasih untuk semua orang yang Nadia sayang dan sayang sama Nadia. Jaga diri kalian baik-baik ya, takutnya Nadia pergi mencari Rudi bukan untuk sementara waktu, Tetapi selamanya,
Selamat tinggal, Nadia selalu sayang sama kalian semua“

Isi dari surat itu adalah kata-kata maaf Nadia untuk Ayah, Ibu, mbok Minah dan pak Tejo. Mereka tidak menyangka jika Nadia meninggalkan mereka terlebih dahulu.
Nadia memang meninggal di usia muda, yaitu 20 tahun.  Dia meninggal akibat ditabrak oleh mobil yang melaju kencang.

Semenjak kepergian Nadia, kedua orangtua Nadia , mbok Minah dan pak Tejo tinggal di panti jompo dekat rumah Nadia. Melihat kondisinya yang semakin tua dan keterbatasan kemampuannya, ketua Rt setempat memberikan pelayanan kepada mereka di panti jompo dengan gratis. Mereka lewatkan usia tua nya dengan bahagia. Untuk masalah Nadia, mereka semua mengambil hikmah dari semua cobaan yang Allah berikan kepada mereka. Mereka merasakan hangatnya masa tua di panti jompo walaupun tidak diurus oleh anak nya. Melainkan orang lain yang belum pernah mereka kenal.

#sekian dulu yaa cerita dari saya
selamat siang ^_^